Perjalanan dilanjutkan ke kota kedua, Ipoh! Ibukota dari negeri bagian Perak yang lokasinya bisa ditempuh sekitar 2 jam dari Penang Sentral. Karena berangkat dengan bus paling malam pukul 10pm, aku tiba sekitar 12am di Sri Maju Bus Station. Bus sempat berhenti juga di Terminal Amanjaya, tapi karena nggak yakin malam dini hari dengan kondisi terminal yang super sepi, aku ikut perhentian terakhir bus ini yang lebih dekat dengan pusat kotanya.
Menjelang pagi, aku menghabiskan waktu di mushola terminal bus Sri Maju, agak ngumpet-ngumpet sih, hahaha. Di Ipoh sebenarnya aku dapat host Couchsurfing, tapi setelah memikirkan biaya pulang pergi dengan Grab terbilang lumayan, kuputuskan untuk menginap di hostel di ibukota. Pilihanku jatuh pada Homey Hostel dengan rate RM15/malam via Booking.com. Murah banget, dan suasananya beneran homey plus si pemiliknya yang baik luar biasa.
Setelah nitip tas di hostel, aku berencana eksplor spot keramaian Ipoh. Pagi itu, sarapan di Restoran Haji Yahya, ke Masjid Negara Perak, main di sekitar Ipoh Railway Station, dan pas mau keliling mural di Ipoh, baru sadar dompet hilang. Iya pemirsa, DOMPETKU H.I.L.A.N.G! Baru ngeuh pas mau jajan egg tart, dan setelah diobrak-abrik tas, baju, semuanya nggak ada. Fix ini mah KTP, KTM, kartu ATM, kartu asuransi, dan sejumlah uang raib tak tau rimbanya.
Panik? Ya jangan ditanya, disusurin lah tuh jalanan yang sempat dilewati, hasilnya tentu saja nihil. Pikiran jadi serba kusut, yang teringat cuma lapor segera. Untungnya, karena lokasinya di tengah kota, kantor polisi nggak jauh dari sana. Meski ada adegan hodob dulu gegara salah ambil antrian laporan, karena ngerasa cemas ya ambil pilihan 'laporan kecemasan', padahal dalam bahasa Melayu kecemasan berarti kecelakaan. Celaka! Sia-sia 2 jam menungguku, meski long story short selesai lah urusan di Balai Polis Ipoh tersebut.
Lalu gimana kelanjutan ceritanya? Alhamdulillah wasyukurillah, Allah Maha Baik, masih belum biarin diri ini ngegembel di negeri orang. Aku punya kartu ATM cadangan dari Jenius yang nempel di perut (nempel di dinding, nempel di lantai, laaahhh... bukan kipas angin modesta, maap!). Kartu ATM yang ada di dompet langsung kublokir dari m-banking, dan mengalihkan saldonya ke kartu cadangan ini. Jenius emang jenius deh! Ini bisa jadi tips juga buat kelen yang mau traveling, selalu siap dengan skenario terpaling worst case sekalipun.
Nah, kalaupun seandainya, ya ini mah seandainya doang, semoga jangan sampai terjadi. Semisal kalian solo traveling juga, paling nggak tetap punya kenalan di tempat tujuan, bisa warga lokal atau sesama traveler. Kalau dompet hilang dan ternyata nggak ada kartu ATM cadangan, mintalah bantuan ke orang yang kalian percaya untuk pinjam kartu ATM-nya dan kalian bisa transfer langsung valas ke rekening yang bersangkutan. Aku nggak yakin sih BTPN Jenius bisa kayak gini, tapi karena aku ada Digibank, transfer valas cukup mudah dilakukan.
Tips super berharga kan? Tapi semoga nggak ada tragedi aneh-aneh lah yang mengorbankan diri sendiri pas lagi solo traveling di negara orang. Kalau ada travel partner, ya oke lah bisa. Nah ini kalau kasusnya kayak aku? Pasrah pada Tuhan dan minta KBRI siapa tau dikasih uang bekal lagi, ya siapa tau, meski aku aja ragu wkwkwk.
Balik lagi ke cerita, setelah tarik tunai lagi, aku ngabisin waktu dengan jalan keliling Concubine Lane, kawasan turistiknya Ipoh. Bisa dibilang kota ini least visited dibandingkan Penang, tapi dia juga punya spot lukisan mural yang nggak kalah terkenal. Aku aja baru sadar ternyata mural an old uncle drinking coffee itu lokasinya ada di Ipoh, bukan di Penang, hhh.
Nah, di sini kita bisa jelajah kawasannya dengan maksimal lewat Ipoh Heritage Trail. Ada information center gitu yang ngasih peta gratis untuk bisa self-guided walking tour. Seru deh berasa lagi nyari harta karun, apalagi kalau lokasi yang didatangi punya suguhan yang menarik, salah satunya Platform 9½ Cafe.
Kedai minuman bertemakan Harry Potter ini baru banget dibuka nggak lama sejak kedatanganku. Kehadiran pengunjung yang sekadar mau minjem kostum Wizarding World dan foto OOTD di sana memenuhi hampir seisi kafe. Harga Butterscotch Beer dibanderol sekitar RM10 belum termasuk tax dan service. Harganya so so sih, karena rasanya lebih mirip cola float atau es sarsaparila-nya Kopi Purnama dikasih es krim vanila, haha. Tapi insyaAllah halal karena namanya doang bir, isinya mah soda jerejes gitu.
Keliling Concubine Lane ampe mabok, nyempil ke gang hitsnya, numpang shalat di Masjid Panglima Kinta yang punya kubah warna biru (rasa rasa Blue Mosque lah), keliling satu gang yang semua temboknya penuh dengan mural, makan mie kicap di Mee Daud Mat Jasak, dan kembali lagi ke hostel untuk istirahat.
Oh iya, kulupa di hari pertama ini aku nyempetin beli es cendol (lagi!) dari Deen CT Corner. Bisa dibilang salah satu kedai yang jual es cendol favorit di Ipoh, aku sendiri pesan menu paket lengkap Ais Cendol + JKP alias Jagung, Kacang, Pulut (atau Ketan Putih). Sedaaapp betul, tapi kemudian hujan berangin jadi dinginnya nampol benerrr...
Hari pertama dicukupkan, nanti kita cerita tentang hari besoknya. Tunggu ya!
Keliling Concubine Lane ampe mabok, nyempil ke gang hitsnya, numpang shalat di Masjid Panglima Kinta yang punya kubah warna biru (rasa rasa Blue Mosque lah), keliling satu gang yang semua temboknya penuh dengan mural, makan mie kicap di Mee Daud Mat Jasak, dan kembali lagi ke hostel untuk istirahat.
Oh iya, kulupa di hari pertama ini aku nyempetin beli es cendol (lagi!) dari Deen CT Corner. Bisa dibilang salah satu kedai yang jual es cendol favorit di Ipoh, aku sendiri pesan menu paket lengkap Ais Cendol + JKP alias Jagung, Kacang, Pulut (atau Ketan Putih). Sedaaapp betul, tapi kemudian hujan berangin jadi dinginnya nampol benerrr...
Post a Comment
Thanks for coming. I am glad you have reading this so far.
♥, acipa