Ipoh mungkin nggak masuk list to go kalau pelesiran ke negeri jiran sana. Terletak di tengah barat laut Semenanjung Malaysia, bikin ibukota negeri bagian Perak ini jarang jadi pilihan utama para pelancong. Kebanyakan pengunjung yang datang ke sini pun kayaknya sih turis lokal. Aku sendiri jarang ngelihat traveler asing, kecuali orang Tionghoa yang entah asli warga lokal atau warga negara lain berwajah oriental.
Pagi itu -- yang nggak pagi banget, aku berjalan dari hostel menuju salah satu kedai kopi yang katanya terkenal di Ipoh, namanya Nam Heong White Coffee. Sesampai di lokasi, ternyata memang kedainya penuh banget, dipenuhi para pelanggan yang mengawali pagi dengan sarapan kopi. Di kedai ini, nggak cuma kopi dan panganan ringan kayak roti, pemilik juga menjual makanan berat seperti mie, dedagingan, sesayuran, dan lainnya.
Sumber: aromasian.com
Awalnya sih aku mau ikut masuk ke dalam juga. Tapi karena nggak yakin bakal ada satu meja yang ikhlas diisi cuma seorang, ditambah suasana yang terlalu ramai, akhirnya aku beranjak ke kedai lain.
Setelah memindai sekilas tiap kedai, mengasumsikan bahwa daging-daging kemerahan yang bergelantungan itu adalah pork, akhirnya kutemukan satu tempat yang insyaAllah nggak macam-macam. Dari bagian depan sih nggak ada daging merah itu, dilihat sekilas kayaknya cuma ayam, jadi ya sudah masuk dan Alhamdulillah kebagian satu meja kosong.
Di Restoran Thean Chun Ipoh ini, aku pesan tiga menu favorit yang terpajang di papan besarnya. Selain karena nggak ada lembar menu dan aku nggak bisa baca menu yang spesifik di dinding (nggak bawa kacamata, haha!), pesanan bernama Egg Custard, Wuyi Egg Tea, dan White Coffee tersaji nggak begitu lama.
Total yang harus kubayar adalah RM7,2, tapi karena aunty yang melayaniku baik, doi kasih diskon 20 sen jadi aku cuma bayar RM7 aja, hehe. Anak sholehah yang matanya bengkak gegara ilang dompet kemarin kecipratan rezeki, Alhamdulillah. Makasih aunty!
Egg Custard itu semacam puding 'kustar telur' dengan bagian atasnya dilapisi dan disiram gula karamel cair. Rasanya manis tapi nggak giung, pudingnya juga lembut bahkan tanpa dikunyah langsung ngageleser di mulut. Enak! Terus ada Wuyi Egg Tea yang sempat bikin kubingung, kok ada telur dimasukin ke cairan berwarna gelap gitu. Kupikir cairan itu kopi juga, ternyata teh (karena sebelumnya aku nggak baca nama menu, cuma nyebutin "mesen itu", wkwk).
Buatku yang pertama kali coba, agak aneh sih, biasanya kan telur dimasak asin nggak manis gitu. Eh tapi rasanya nggak enek sama sekali kok. Telurnya berasa kayak telur (yaiyalah acipaaa~), ditambah teh yang manis jadi enak. Approved lah! Nah, kalau soal White Coffee, nggak ada yang aneh selain enak karena kental manisnya juga pas. Semua makanan ini recommended dan hampir pasti disajikan di kedai kopi di Ipoh dengan kekhasan pembuatnya masing-masing. Mantap!
Kenyang setelah sarapan, aku beranjak untuk keliling spot yang hampir sama kayak kemarin. Sebenarnya punya niat untuk eksplor bagian lain dari Ipoh juga, kayak Kellie's Castle atau Kek Lok Tong (gua vihara gitu), tapi karena terlalu jauh, jarang ada bus yang langsung ke lokasi (ada sih, tapi jadi harus ganti dulu gitu, ribet lah pokoknya, wkwk), dan kalau pakai Grab sendirian, mahal banget bok'. Jadi ya sudahlah, nikmati saja sisi lain dari ibukota ini.
Perjalanan ngebawaku untuk ke Masjid India Muslim Ipoh. Sewaktu datang, suasana masjid cukup rame dengan anak-anak cowok yang lagi main bola di halaman depan. Nggak heran karena satu bangunan asrama juga berlokasi di dekatnya. Pas aku masuk, sebagian anak-anak cewek yang baru beres ngaji menyambutku dengan ramah. Sama kayak anak kecil pada umumnya, mereka kek penasaran gitu, yang awalnya malu-malu jadi maluin-maluin bisa saling kenal. Seru deh!
Nggak jauh dari masjid tersebut, ada Perpustakaan Tun Razak. Kayaknya sih semacam perpus daerah yang dibuka untuk publik gitu. Aku sendiri masuk dan ngabisin waktu dengan baca beberapa buku berbahasa Inggris. Mereka juga nyediaiin buku-buku dengan bahasa Melayu, Tamil, dan Mandarin yang bisa dibaca di tempat. Pokoknya perpustakaannya nyaman untuk segala usia, termasuk ada kid zone juga. Dan oh, yang paling keren, aku bisa flirting karena nemuin majalah dengan Syed Saddiq sebagai cover boy-nya. Ya jiwa-jiwa fanatikku tentu saja terguncang, mana tahaaannnn...
Apalagi kalau lihat bagian dalamnya, beuuuhhh~
Beralih dari Syed Saddiq, di salah satu laluan di Ipoh juga ada toko buku yang super kece abis. Namanya adalah Book Xcess yang berlokasi di Lebuh Kong Heng. Awalnya tempat ini tuh jadi lokasi bank lokal di sana, tapi kemudian disulap jadi toko buku yang menggunakan beberapa properti bekas bank. Selain lampu neon yang unyu, ada mini museum juga sebagai bentuk attribute untuk Yasmin Ahmad, (yang kayaknya) fotografer terkenal di Malaysia sana.
The point is, harga buku yang dibanderol terbilang murah dengan kisaran harga RM5-RM20. Dari buku-buku terkenal macam To Kill The Mockingbird, Divergent's series, dan buku-buku international best seller lainnya bisa banget diborong. Tapi karena aku nggak tertarik beli buku fisik tambahan, cuma keliling dan numpang foto doang deh, wkwk, ya kalo kere mah kere aja cip :P
Keluar dari Book Xcess, hujan mulai mengguyur Ipoh. Niat balik ke hostel dan nyari makan Nasi Ganja Yong Suan Ipoh, keburu sold out, hiks. Akhirnya tetap makan juga nasi ayam merah di kedai sebelahnya. Dan ternyata, aku baru tau bahwa di Ipoh juga ada night market bernama Gerbang Malam yang nggak cuma buka food stall, kios pernak-pernik juga ikut ngisi pasar.
Tapi berhubung aku belum beres-beres, dan malam ini akan pergi naik ke bus ke kota yang berbeda, nggak eksplor lebih lanjut deh. Setelah dari Ipoh, bisa nebak aku ke kota mana lagi? C u~
Pengalaman seru kak selama di Ipoh 😁
ReplyDeleteHihi lumayan, kalau nggak sekalian kehilangan dompet wkwk...
Delete