Hari kedua di Penang, sekitar jam 9am aku meluncur menuju kawasan ujung utara pulau ini. Apalagi kalau bukan Penang National Park alias Taman Negara Pulau Pinang. Dari Bayan Baru, ambil bus Rapid Penang 401E menuju Jeti (RM2,7). Dari situ, lanjut ambil bus Rapid Penang 101 untuk ke Teluk Bahang, destinasi terakhir dari rute ini dan lokasi Taman Negara berada, cukup dengan kocek RM4 saja.
Untuk kemudahan akses, kamu juga bisa pakai Google kok, ketik "from [tempat awal] to [tempat tujuan]", biasanya bakal ditampilkan rute dan ETA untuk berbagai jenis kendaraan. Atau, bisa juga pakai Moovit app untuk tahu lebih detail tiap pemberhentian.
Tiba di pintu taman nasional, pengunjung diminta mendaftarkan diri dulu. Nggak ada biaya yang dipungut (penting!), tapi kalau mau eksplor wilayah yang termasuk private area, bisa menyewa jasa dari operator yang tersedia (kisaran RM50 - RM400). Kita juga bakal dikasih selebaran semacam peta yang bisa diakses untuk pengunjung umum. Cukup berguna, tapi punyaku malah hilang di jalan, yhaaa...
Masuk ke gerbang utama, jalan sedikit, suara ombak pantai berderu nggak begitu kencang. Bisa juga duduk di bangku atau bebatuan yang ada. Berhenti sejenak untuk napas sebentar. Adeeem banget, apalagi karena masih banyak pepohonan hijau di sekitarnya, meski sisa-sisa serasah dan sampah laut juga ikut mendarat ke tepi.
Area pejalan kaki hingga ke jembatan penghubung udah ditata dengan rapi. Hati-hati juga dengan macaca (monyet liar) yang ada di sana, meski jinak tapi jangan bawa barang yang ditenteng gondal-gandul, soalnya bisa jadi inceran doi banget. Bawa tas dan pegang dengan erat, nggak usah lari juga yang ada malah dikejar -- stay relax, dan pastikan jaga kebersihan dengan nggak buang sampah sembarangan ya ;)
Setelah melewati jembatan gantung, ada dua jalan setapak yang bisa dipilih, menuju Sungai Tukun (ke arah kanan) atau Pantai Kerachut (ke arah kiri). Katanya sih, jarak menuju Sungai Tukun bisa dicapai hanya 15 menit. Aku tentu saja pilih arah yang berlawanan, perjalanannya mungkin sekitar 30 - 45 menit tergantung ketahanan diri.
Jalannya (cukup) terjal dengan tanah dan akar-akar pohon yang jadi pijakan. Masih kuat diakses kok, cuma menurutku nggak disarankan untuk ambil jalan ini ketika musim hujan karena pasti licin banget. Konturnya semacam tanah liat meski aku nggak yakin, belum naik turunnya udah kayak pendakian gunung, padahal destinasi akhirnya berupa pantai. Di tengah perjalanan, bakal ada aliran air yang super jernih. Dari papan petunjuk sih katanya nggak disarankan untuk minum air di area tertentu, tapi karena bodo amat haus dan air minumku tinggal dikit, ywdh lah bismillah diteguk juga. Gila boi, segeeer banget!
Setelah melalui perjalanan yang entah berapa km itu, sampai juga lah di Pantai Kerachut. Pantai pasir putih agak kasar, panas, dan airnya kurang biru. Yaaah, penonton kecewa, wkwk. Tapi anginnya adem, sepoi-sepoi bikin manja.
Di sekitar pantai, ada semacam bangunan yang mungkin digunakan untuk pengelola. Ada aula terbuka juga yang bisa dipakai shalat dan kumpul bersama. Toiletnya juga cukup bersih kok. Lumayan lah karena ternyata ada area perkemahan juga di sana. Yang disayangkan, nggak ada semacam kantin yang jual makanan atau minuman gitu. Meski pengunjung di pantai ini nggak banyak, kayaknya sih jualan minuman bisa memonopoli pasar banget. Tapi, jangan lupa juga isi air dengan penuh ya, kalau perlu bawa botol 2L. Tumblerku cuma 500 mL dan habis setengahnya di jalan, wkwk.
Di pantai ini, aku cuma rebahan dan baca buku dengan kain pantai yang kubawa. Enak banget nggak paham lagi, bisa bobo 10 menitan rasanya kayak the best sleep ever gitu. Ombak pantainya juga lemah, jadi nggak begitu membahayakan. Ada sih peringatan untuk nggak berenang, tapi ada aja tuh sekeluarga yang ngelanggar. Aku sendiri nggak niat, karena gak bawa baju ganti dan males mandi kena air asinnya (fyi, air laut beneran asin lho ya).
Niatnya mau senjaan di sini, tapi karena angin mulai kenceng dan matahari ketutupan awan, ywdh lah nggak begitu lama. Agak lelah juga kalau harus balik trekking ke jalan yang sama. Akhirnya, karena ada perahu (atau kapal?) yang mendarat, aku ngikut deh. Biar nggak sayang bensin, penumpang bertambah dengan sekelompok pendaki lainnya.
Menuju titik awal, ombak di laut gede-gede, nggak tau deh udah berapa kali ditampar air asin. Mana pengemudinya sengaja atraksi lagi, basah kuyup mah jangan ditanya. Tapi ya, rasanya experience itu paling seru abis, karena aku cuma bayar RM10 (nggak nawar, nggak bisa akuuu) buat perjalanan hampir 15 menit terombang-ambing ombak laut. Keselamatan bermodalkan doa pada Tuhan dan life vest aja. Wajib cobain!
Setelah lama diphpin bus, menjelang sore pukul 4pm aku balik dari Teluk Bahang ke Batu Ferringhi, mengejar sunset di pantai ini. Saran dari Kak Tha, view yang enak bisa diakses dari pintu Starbucks Coffee. Sebenarnya nggak harus pesen juga chill aja sih, tapi nggak ada salahnya juga beli buat nemenin senjanya. Choco coffee, checked. Dried nut snack, checked. Book, checked. Rebahan lah di pantai.
Pantai Batu Ferringhi ini terbilang bersih dengan pasir pantai cukup halus. Komersialisasi di sekitarnya juga banyak menjamur kedai makanan, jasa pemijatan, dan sewa atraksi permainan air. Menjelang petang itu, banyak banget manusia yang ikut turun ke pantai. Ada mbak-mbak yang rekaman video musik, keluarga main pasir, orang pacaran lagi makan, temen segeng foto-foto, pokoknya seneng bisa nyaksiin kehidupan manusia sesaat.
Tapi apa mau dikata, awan sejak siang masih nggak mau pindah menghalangi matahari yang mengarah menuju ufuk barat. Jangan tanya hening-hening syahdu senja, yang ada malah nyamuk mulai beterbangan dengan suara bising yang cukup ganggu. Yah, mau gimana lagi, itu tandanya udah harus beranjak, sebelum diculik kelong wewe.
Jam menunjukkan pukul 7.30pm, karena matahari yang baru tenggelam sekitar jam 7pm. Kuputuskan untuk balik ke Bayan Baru karena jalanan yang dikepung macet. Tadinya mau ikut turun di Sg. Nibong yang jadi Tapak Pesta Pulau Pinang 2019, tapi karena tau diri biar pulang nggak kemaleman, nyampe juga lah di apartemen Kak Tha sekitar jam 9 malam. Untung masih dibukain pintu, makasih ya Kak 😚
And... that's all from second day of this trip. See you~
Pantainya keren..
ReplyDeleteHai Acipa.. salam kenal. Folback dong ya, hehe.. tq ❤
Setuju banget, meski kalau dibandingkan pantai di Indonesia, masih lebih cantik punya kita sendiri, hahaha..
DeleteIya sih. Lautnya gk sebiru laut kita, hihi..
Delete