How's life?
Life is good.
Lama rasanya dari terakhir kali aku beneran cerita tentang sesuatu. Yang kemarin-kemarin, kalau bukan tugas, ya untuk ngasih tahu orang-orang. Kalau bukan karena surel yang dikirim Google tentang pembaruan yang terjadi, mungkin aku bakalan hampir benar-benar lupa untuk balik lagi ke sini. Seperti yang dulu-dulu, aku cuma mau berusaha sekali lagi untuk kembali memulai semuanya.
So, shall we start all over again?
Hidupku cukup menyenangkan belakangan ini, banyak hal terjadi. Itu mungkin yang bisa jadi alasan kenapa sangat jarang nulis lagi. Lebih banyak menayangkannya lewat cerita selewat via Instagram stories. Lebih praktis, meski nggak bertahan lama.
Kalau harus menarik mundur ke belakang, aku jadi bingung sendiri apa yang mau kuceritakan, saking banyak peer yang harus dikejar, termasuk peer secara harfiah karena kehidupan kampus ya memang begitu adanya.
Apakah aku capek? Kalau boleh jujur, sangat sangat sangat melelahkan. Pernah suatu waktu berpikir, kok ngejalanin hidup gini amat ya? Tapi memang dasarnya Allah Maha Pengasih, ngeluh dikit, langsung diingatkan bahwa hidupku yang sekarang sudah sangat-sangat jauh lebih baik dibanding hari kemarin. Kalau begitu jadinya, aku harus apa? Ngeluh lagi, padahal tahu bahwa ada lebih banyak yang pantas disyukuri? Kok jadi manusia gitu banget ya aku, hhh.
| Sempat Depresi
Aku pernah cerita nggak sih di sini kalau aku sempat mengalami masa di ujung tombak? Halah! Di tahun lalu, aku akhirnya memutuskan untuk datang ke psikiater dan di hari pertama konsultasi didiagnosis mengalami depresi dengan gejala psikomatik. Eh mon maaf ni ye, apa kagak ada tes begimane dulu gitu? Rasanya kayak makin sedih dan bingung sendiri dengan episode kehidupanku selanjutnya, diperparah dengan kejadian sulit nyari obat yang baru ketemu setelah 13 pencarian di berbagai apotek. Huft...
Terus sekarang kabarnya bagaimana? Alhamdulillah membaik. Setelah beberapa bulan mengonsumsi obat, sesekali konsultasi, dan juga ikut sesi konseling psikolog, aku ngerasa perlahan tapi pasti bisa ngejalanin hidup seperti biasanya lagi. I mean, hampir beberapa bulan belakangan, aku ngerasa lebih positif dan nggak lagi merundung diri sendiri dengan berbagai keadaan. Nggak tetiba sedih tanpa sebab, nggak nangis hanya karena banyak hal yang harus dikerjakan, nggak terlalu panik meski banyak kekhawatiran. Ya apa ya, jadi semakin berusaha mengatur diri untuk hidup lebih tenang dan sederhana.
| Hidup Lebih Sederhana
People nowadays maybe knew who is Marie Kondo and her KonMari method. Kalau nggak, sila mencari di internet, pasti banyak referensinya ya. Semenjak hidup yang berantakan itu--meski kontradiktif dengan kebiasaanku yang gampang beberes, aku jadi merasa bahwa hidup lebih sederhana itu memang harus disegerakan. Bukan masalah kondisi ruang kamar yang nampak rapi dan bersih, tapi juga kecenderungan perasaan yang ditimbulkan darinya. Sudah hampir beberapa bulan terakhir aku nggak beli baju baru--yang biasanya paling nggak, sebulan sekali ada penghuni baru buat wardrobe. Bukan karena nggak ada uangnya, tapi lebih terkait perasaan tanggung jawabnya. Baju banyak-banyak toh yang dipakai nggak akan semuanya juga, tergantung situasi juga kan. Makanya, pilihan baju pun cenderung bernuansa monokrom biar lebih simpel, hemat waktu, mudah padu padan, dan balik lagi, perasaan lega karena nggak menanggung beban itu.
| Mencoba Menyayangi Bumi
Barangkali awalnya gegara video yang viral di jagat dunia maya tentang seekor penyu yang hidungnya tersumbat sedotan plastik, aku seolah terpukul dengan apa yang kusaksikan. Kalau boleh kubilang, dosa manusia saat ini salah satunya adalah penggunaan plastik sekali pakai. Sebut saja, sedotan plastik, gelas plastik, wadah plastik, kresek plastik, plastik yang diplastik, dan berbagai sampah yang ditimbulkan. Sedih, miris, kecewa, menyesal, marah. Apa kabar jadinya kalau di tahun 2050 nanti, akan lebih banyak plastik di lautan dibandingkan ikan-ikan. Memang kita mau anak cucu kita nggak tahu indahnya laut yang alami kayak apa? Aku sih ogah!
Berkat itu juga, akhirnya aku memulai perlahan dengan mengurangi penggunaan berbagai barang berbahan dasar plastik dan bersifat sekali pakai. Sekarang jadi beralih selalu membawa botol minum instead of beli air kemasan, bawa wadah makanan sendiri instead of jajan di luar dengan kresek-sendok-garpu plastik, tas blacu instead of kresek plastik, dan sedotan yang bisa dipakai berulang kali instead of sedotan plastik. Please go further to @aqasyi on instagram :)
| Belajar Investasi
Aku sempat bahas ini di postingan bulan Januari karena itu pertama kalinya memberanikan diri beli surat berharga negara. Di November tahun lalu, aku sempat coba-coba beli reksadana dengan modal sekali makan yang imbal hasilnya saat ini bisa beli permen loli. Senang? Tentu saja iya. Bukan sesuatu yang mudah, karena ada banyak pertimbangan terutama soal kehati-hatian akan pilihan yang kuambil. Namun insyaAllah, semoga dari sini aku makin belajar lagi. Bukan soal seberapa banyak keuntungannya, terlepas dari itu, nyatanya masa depan memang perlu direncanakan dengan matang, even buatku yang bahkan belum genap 20. Aku cuma berpikir, karena nggak semua orang terlahir sebagai keluarga sultan, maka berusahalah lebih keras.
Mungkin lucu sih awalnya mulai mendekati dunia ini. Sewaktu jadi MC untuk suatu acara, aku ketemu Mbak Farah Dini, co-founder Jouska Indonesia yang saat itu aku pun nggak begitu paham tentang investasi dan segala tetek bengeknya. Kupikir, menabung dan autodebet dengan rajin teratur tiap bulan saja sudah bisa menjamin, at least I have a good life, but no Dear... hidup ini keras, inflasi 6% per tahun saja bisa bikin harga semakin naik dari waktu ke waktu. Kalau kamu nggak mempersiapkannya sekarang, maka bersiaplah kelak di masa depan ketika masanya kan tiba.
Well, di acara itu, meski bayaranku nggak seberapa (haha, masih ae dibahas!), aku senang karena ternyata ilmu yang kudapat lebih berfaedah, yang akhirnya menghantarkanku ke berbagai kesempatan luar biasa untuk mengenal satu per satu elemen kehidupan. Makasih Ya Allah!
| And... Life Must Go On!
Ada banyak hal yang menyenangkan sebenarnya, tapi nanti kita cerita satu per satu ya. Semoga ini jadi awal untuk reborn. Di saat kebanyakan orang berlomba-lomba dengan banyak medium berbeda, mungkin menulis jadi salah satu stress reliever yang kubisa. Oke deh, besok kita cerita lagi ya.
Hai kakak... Salam. Semoga selalu semangat menjalani hidup. Stay positive and calm.
ReplyDeleteBtw, jadi pengen dengerin kakak berbagi apa yang membuat kakak akhirnya mendatangi psikiater? Gejala-gejala mungkin, kalau boleh berbagi sih.
kalau nggak juga gpp.
Salam kenal dan terima kasih sudah berbagi.
Thank you for your kind words ^^ Sorry for late reply. Keputusan untuk datang ke psikiater sebenarnya gegara udah ngerasa aku nggak dalam kondisi baik-baik saja yang terlalu berlebih. Gejalanya sih udah terasa dari lama, tapi paling kerasa setelah gangguan psikis yang akhirnya ngaruh ke aktivitas fisik dan keseharian juga gitu...
Delete