Karena sudah dua semester ini menghilang nggak sempat Cerita dari Satu Semester, aku mau nulis satu highlight di semester enam yang rasanya jadi best moment juga di 2019. So, here it is. Perjalanan pertamaku ke luar negeri dengan drama bikin paspor yang bikin keki, nanti kuceritakan deh ya sekalian tutorial bikin paspor dari aku yang ditolak berkali-kali. Mpusss!
Sebenarnya nggak bisa dibilang traveling ala-ala sih, pertama kalinya ke luar negeri karena ikut kegiatan 4th ASEAN Camp 2019 di Phuket Rajabhat University (PKRU), Thailand yang dilaksanakan dari tanggal 27 Februari - 2 Maret 2019 yang lalu. Kegiatannya ngapain aja? Singkatnya mirip kayak kuliah lapangan tapi lebih cimpi dan asik gitu deh. Kami datang ke Nai Yang Beach, Sirinat National Park, The Gibbon Rehabilitation Project, Bang Pae Waterfall, dan belajar masak makanan Thailand di Home Economics Laboratory PKRU. Seru dah seru banget!
Meski sebenarnya di jadwal kegiatan dimulai hari Rabu, 27 Februari, aku nggak rela ninggalin mata kuliah praktikum Mikrobiologi pagi harinya. Sebenarnya tiket udah disiapin sih, tapi akhirnya refund dan ganti jadwal keberangkatan. Well, masih rada untung karena waktu itu aku dapat voucher dari Tiket.com jadi ya nggak rugi bandar lah, cuma sangat amat disayangkan aja, hahaha!
Dari Indonesia, ada 12 delegasi yang ikutan, dan semuanya anak Biologi ITB, termasuk dua orang kakak tingkatku, dan sisanya adalah teman-teman seangkatanku. Kocak sih pendaftarannya, kayak nggak ada seleksi atau apa gitu, tapi cepet-cepetan siapa yang ngisi. LOL. Tapi sumpah deh, kalau bukan karena cuma bayar tiket pesawat dan biaya registrasi THB 500 (sekitar IDR 225k), rasanya nggak ada alasan untuk nggak ikutan. Lumayan worth it kalau harga tersebut dibayar sama pengalaman, kenangan, dan pastinya teman-teman baru.
Nah, di tanggal 27 Februari itu, karena masih masa ketibaan, buat mereka yang datang duluan bisa main ke Phuket Old Town. Tapi karena rencanaku yang berubah, acara ini kupindahkan ke hari terakhir karena aku nambah sehari dari jadwal acara, yaaa... biar ada rasa pelesirannya lah ya.
| Welcome to Phuket...
Delegasi dari Indonesia tiba hari Kamis, 28 Februari dan penjemputan dari Phuket International Airport (HKT) menuju lokasi acara pakai songthaew, macam tuk-tuk gitu tapi lebih gede. Sumpah aku mikirnya macam truk buat ngangkut sapi doong :(
Ini tuktuk deh kayaknya, kalau songthaew sedikit gedean mirip mobil angkut sapi 😝
Tiba di gedung acara, kami langsung disambut sama pihak PKRU-nya, termasuk bapak-bapak yang kayaknya sih rektor kampus. Ngerasa terhormat banget dong meski sampe sekarang aku susah ngafal nama orang-orang ini -_- Yang kuingat pastinya adalah Mr. Phuripong, liaison officer kami buat acara ini, ada juga Mr. Peerapong dan Mrs. Saisanit, ketiganya adalah dosen PKRU yang sangat humble. Mungkin karena masih muda kali ya, jadi nggak ngerasa ada gap banget lah *sungkem kepada dosen-dosen ITB-ku*.
Trus coba tebak apa yang kami lakukan pertama di sana? Lah malah main game, nyanyi-nyanyi, ngedance, hore-hore gitu. Rada hampir kecewa sih karena kan niatnya belajar tapi malah jadi asik-asikan nggak jelas *eh*, trus ywdh deh kan tuh mungkin itu semacam ice breaking (meski kemudian hari-hari berikutnya malah keseringan, haha!).
| Sirinat National Park
Menuju siang, kami berangkat ke Sirinat National Park yang ditempuh selama 1 jam. Kalau dilihat dari peta sih, PKRU itu ada di selatannya Phuket berseberangan dengan taman nasional yang mau kita kunjungi. Dan sejujurnya, dari situ aku malah lupa daratan, maunya beach hopping aja dari Nai Yang, ke Patong, terus nanti main ke Phi Phi Island (itu lho yang katanya jadi lokasi syuting Leo DiCaprio), andai saja nggak tau diri kan...Waktu siang itu kami habiskan berkelana di Bang Pae Waterfall *yang kata temen w itu lebih mirip curug di Cililin, sad* dan mengenal gibon di pusat rehabilitasinya. Dan oh tentu saja bertolak ke barak dekat Nai Yang Beach untuk menginap malam itu.
Karena pantai ini dekat dengan Laut Andaman, ditambah di ujungnya merupakan landasan bandara Phuket, sumpah rasanya jadi halu banget. Siapa coba yang main ke pantai pakai batik segala. SUMPAH GAK BAKAL ADA SELAIN GUE! Orang mah ya pake bikini, ini ngapa pake batik dah cip :( Jadi karena tadinya kupikir biar sekalian untuk lanjut acara malam nanti yaitu Cultural Night, jadi ywdh kan biar nggak banyak ganti baju. RIP the taste of my fashion :(
Pantainya keren banget, anak senja mana suaranyaaaaaa...?
| Cultural Performances
Oke, untuk acara yang ini dari dalam hati harus kukatakan "maafkan kami, Indonesia!". Maafkan karena penampilan budayanya sangatlah dadakan nyaris tanpa persiapan. Baru beneran latihan pun J-2 acara dong, kami bawain permainan tepuk tangan bareng lawan dengan lagu Ampar-Ampar Pisang. Parah bet parah, malu-maluin Indonesia aja dah :( Di sisi lain, peserta dari Thailand dan Malaysia menampilkan tarian khas, lengkap dengan kostumnya. Lah kita mah apa, modal batik doang (iya, acipa pake batik yang dipake ke pantai itu!). Tapi meski demikian, kami senang-senang aja sih di situ, dan oh tentu saja main lagu dam dam di di yang seolah berputar-putar terus di otak :3
Indonesian delegations with Malaysian girls n Thai lecturer
| Proyek Ekologi 2.0
Jumat, 1 Maret, kegiatan masih berlokasi di Nai Yang Beach. Bonus buatku yang bisa bangun pagi, ngacir dikit ke pantai seberang barak untuk sekadar ngambil foto sendiri (terima kasih kepada teknologi bernama tripod gozila!). Did I mention that the beach literally is across the street? Yep, sumpah aku tuh halu punya beach house gitu.
Tumang nyasarnya ampe ke Phuket, gaes
Kami sarapan dengan bubur Thailand yang cair tapi enak dan panganan khas pasar gitu. Well, mungkin karena sama-sama Asia Tenggara, aku nggak ada kesulitan makanan sih. Apalagi karena jaminan halal mengingat pesertanya datang dari Thailand bagian selatan dan Malaysia. Beberapa teman kami dari PKRU dan universitas lainnya juga kebanyakan Muslim, jadi nggak khawatir sih :))
Kegiatan di hari itu berupa pengenalan coastal ecosystem dan bird watching, dilanjut dengan presentasi. Dan oh meski tahun lalu acara ini mengunjungi Phuket Seashell Museum, kali ini pengelolanya yang datang ke lokasi acara kami dan belajar soal kerang-kerangan. Twas mindblowin' sih meski ya kadangkala kalau udah keluar bahasa Thai-nya, kitorang cuma bisa cengo aja. Dibandingkan dengan peserta dari Universiti of Malaya yang masih nyambung ngobrol dengan logat Melayu - Inggris dicampur, komunikasi bahasa dengan teman-teman dari Thailand memang agak terbatas sih. Jadilah bahasa tubuh dan bahasa qalbu perantaranya. Sawadee krap, kop khun krap :D
| Rezeki Anak Sholehah
Selesai di Sirinat National Park, rombongan balik lagi ke Phuket Rajabhat University untuk acara penutupan sekaligus penyampaian kesan pesan. Rasanya kayak bahagia banget, bisa kenal orang-orang baru. Apalagi mereka ini ramah dan menyenangkan, terutama teman-teman dari UM yang sepanjang SNP - PKRU ngobrol ngalor ngidul soal kebiasaan kami di masing-masing tempat. Trus hepinya, associate professor yang ngedampingin anak-anak UM Malaysia bakal datang ke Bandung bulan April mendatang untuk jalan-jalan. Seru!
Nah beres di PKRU, malamnya rombongan Indonesia diantar ke hotel Hop Inn Phuket. Seolah beruntung sih karena teman-teman dari Malaysia menginap di student dorm, hehe ✌. Tapi karena nggak diajakin, atau memang gengnya cuma mau main terpisah, sebagian temanku menghabiskan malam di Chillva Market ditemenin Bas, peserta ASEAN Camp yang juga jadi mahasiswa Tata Boga PKRU sana. Agak kecewa sejujurnya karena nggak sekalian ngerasain atmosfer night market di Phuket, kan kapan lagi... Tapi bonusnya, aku dapat kamar hotel yang diisi sendirian, haha. Nggak papa, nanti kita pastikan datang ke night market negara lain yah cip *pukpuk*.
| Last Day!
Paginya, selepas check out, kami balik lagi ke PKRU untuk ikut kelas masak. For your information, Phuket known as a city of gastronomy. Dilingkupi budaya peranakan Baba-Nyonya, banyak dari hasil budayanya merupakan akulturasi dari berbagai etnis. Waktu itu, kita coba beberapa masakan yang mirip es jeli, kue ape, sejenis gorengan dengan ikan dan bumbu-bumbu (I can't describe it well, duh!), dan pad thai. Lumayan enak sih, apalagi kalau pad thai-nya bisa dikasih udang sebanyak yang kita mau, haha.
Habis dari situ, acara beres deh, oh tentu saja pelesiran dilanjut ke Phuket Old Town. Karena nggak sempat datang di hari pertama, aku berniat ke tempat ini yang juga direkomendasikan sama Miss Nidy. Bisa dibilang kota tua dengan bangunan cantik di sepanjang jalan, destinasi turis banget lah. Aku juga nambah semalam menginap di Neighbors Hostel & Cafe sambil nunggu penerbanganku esok harinya.
Di Phuket Old Town ini, meski aku udah ngerinci beberapa tempat yang mau dikunjungi, ternyata kalau semuanya dijelajah, agak mati gaya juga. Satu yang kusuka adalah bisa jelajah kedai kopi bernama Bohemian Gastrobar :D Aku juga nggak berminat beli banyak oleh-oleh pakaian (mencoba hidup minimalis, katanya, tapi memang nggak tertarik aja sih, dan kemampuan tawar-menawarku yang udik parah, nggak jago sis!)
Akhirnya meski berkeliling dari satu road ke road yang lain, sesekali melihat sekilas toko souvenir dan beli gantungan kunci plus tempelan kulkas, lebih banyak wisata kulinernya. Hmm, nggak makan makanan sih, sayangnya di hari Sabtu itu, jadwalnya emang nggak bagus. Jadi tuh di Phuket Old Town ini selalu ada night market yang buka dari Senin sampai Jumat, dan hari Minggu. Sedihnya, Sabtu masuk itungan hari libur, jadilah malam Minggu kita sepi bats sepi :(
Tapi yang menarik adalah kejadian sewaktu di hostel (tipikal low-budget dan beralasan biar ketemu banyak orang doong), aku malah dapat gift dari roommate-ku. Dia ngasih sepatu dengan percuma gegara ngeliat w nampak murung karena Senin besoknya ketemu UTS, huwaaa... Jadi dia tetiba nawarin sepatu yang ukurannya ngepas juga di aku karena katanya biar meminimalisir barang bawaan di carrier miliknya. Sebenarnya agak ragu sih, kan kata Mamah nggak boleh nerima barang dari orang asing ya, tapi karena ini gratis dan aku yakin aja dia baik, kuterima dengan senangnya, wkwkwk *tampang emang*. Sayangnya, aku nggak sempat kenalan jadi nggak tau nama dia, asalnya, atau bahkan kontak untuk keep in touch *nggak tau diri!* But hey, wherever you are now, thanks for the shoes Sis, I hope you're doing well and maybe we have another chance to meet and going somewhere, plus untuk minta maaf karena pagi-pagi banget sempat berisik karena beresin koper buat pulang. Hihihi...
| Drama Kepulangan
Sejujurnya aku nangish sih kalau nulisin cerita yang ini juga. Karena memang di hari Minggu, 3 Maret itu rada-rada bikin olahraga jantung. Mulai dari keberangkatan dari hostel menuju bandara harus sepagi mungkin karena aku lupa ngitung estimasi check in dan imigrasi. Jadilah minta Mr. Phuripong untuk anterin meski harus keluar THB 500 buat ganti bensinnya (sebenarnya ada sih bus dari Phuket Terminal menuju bandara yang cuma bayar THB 100, cons-nya jamnya tuh nggak pasti, aku dapat info di Google bilangnya 9am, tapi kata hostel owner-ku ada yang berangkat jam 6am, belum waktu tempuhnya bisa antara 1 - 2 jam). Ya kan daripada lapur pesawat, mending dianter aja gitu, untungnya nggak pakai taksi yang bisa nyampe THB 1000, mo nangish lah :(
Terus karena transit di Kuala Lumpur dan waktunya cukup lama sampai penerbangan menuju Jakarta, aku mampir dulu ke KLCC demi Menara Petronas. Sayang sih nggak sekalian jalan ke mana dulu gitu, karena aku takut ketinggalan pesawat lagi. Lebih baik datang cepet kan daripada telat? Dan tau nggak, pesawatnya delay sampai dua kali. DUA KALI doong! Jadi di tiket dari Tiket.com tuh harusnya sekitar jam 8pm waktu Malaysia, trus di boarding pass tercetak jam 9pm, dan untung aja sih aku iseng cek boarding screen dan dipindah ke jam 11pm dan beda gate dari G ke H. Ya mo nangish kesel kan, meski dapat ganti rugi voucher kafe, rasanya tetep lemes karena aku udah sempet beli tiket travel Jakarta - Bandung dan nggak bisa di-refund. Nangis lah itu sejadi-jadinya, di pesawat juga kek orang apaan deh nangis sesenggukan gegara pertama kalinya ke luar negeri dengan derita begini *tapi masih bisa ngunyah makanan dong, haha!*, trus gak tau pulang nanti gimana karena bus paling pagi sekitar jam 6, meanwhile ada UTS di hari itu. Dan ditambah pas nyampe Jakarta, lama banget nunggu koper dari bagasi. Help...
Dan Allah memang masih sayang kali ya, nggak mau nelantarin anak orang begini. Untungnya masih ada travel yang mau ngangkut go-show dari bandara ke Bandung. Meski harus keluar uang lagi, tapi rasanya bersyukur teramat sangat sih, apalagi pak supirnya lelah banget gitu gegara baru nyampe juga, huhu. Dan taulah nyampe di Bandung jam 5an, terkapar lelah, skip kelas pagi, dan UTS Metodologi Penelitian seada-adanya.
Last but not least, terlepas dari drama hari terakhir yang begitu adanya, aku cuma mau ngingat hal-hal baik di hari-hari sebelumnya yang luar biasa. It taught me a lot, at least I need the good preparation before going somewhere--tbh, I've prepared well, even about what clothes should I wear for this or that on this trip too. But the most important thing is just stay chillax, right? Now, this moment doesn't make me terrified, but I'm already can't hardly wait for my next trip, for any occasions. So, where's next?
Wahahahaa malah dibilang curug Cilining. :))
ReplyDeleteKalo dari fotonya malah lebih mirip curug pelangi. (gak ada bedanya ya? :p)
LOL, Curug Pelangi harus turun dan naik tangga yang bikin gempor. Kalo ini, nggak doong...
Delete