Kupikir, perjalananku ke luar negeri yang kedua bakal terjadi tahun depan. Rencana untuk ASEAN Trip berupa penjelajahan ke sembilan negara itu *apa aja hayo selain Indonesia?* jadi rencana berikutnya. Ealaah..., Allah Maha Baik ngasih aku kesempatan buat make paspor lagi di bulan Juli kemarin.
Sebenarnya akibat impulsivitas dalam diri sih, gegara seorang teman di instagram nge-post soal kegiatan Simposium Internasional PPI Dunia XI di Johor Bahru, Malaysia, aku jadi ngebet ikutan. Padahal nih ya, aku sempat skeptis sama acara-acara 'begituan', kegiatan eksplor di luar negeri bertema pendidikan yang sebenarnya trik pemasaran para agen travel. Well, but I think it's different!
Kegiatan 11th International Symposium Overseas Indonesian Students Association Alliance (OISAA) ini bisa dibilang jadi ajang bertemunya para mahasiswa Indonesia dari seluruh dunia. Lebih tepatnya, acara serah terima jabatan Ketua Perhimpunan Pelajar (dan Mahasiswa) Indonesia se-Dunia untuk periode baru.
Buat teman-teman mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri mungkin acara ini jadi annual event yang nggak boleh dilewatkan. Tapi menurutku... kehadiran mahasiswa Indonesia yang kuliah di Indonesia, rasanya nggak penting-penting amat, sifatnya lebih ghairu muakkad.
Melalui tema "Inovasi Berkelanjutan sebagai Sumbangsih Pemuda untuk Kemandirian Bangsa", acara yang dihelat di Universiti Teknologi Malaysia (UTM) dari 10 - 14 Juli 2019 itu sangat disayangkan nggak memenuhi ekspektasiku. Tadinya, beberapa pembicara macam Syed Saddiq, Bpk. Jusuf Kalla, dan Bpk. B.J. Habibie jadi motivasi kenapa aku akhirnya memutuskan ikut acara ini.
Tapi nggak disangka, hampir semua pembicara yang masuk ke dalam daftar, benar-benar nggak ada yang datang (even Bpk. Ridwan Kamil, Nadiem Makarim, atau Achmad Zaky sekalipun!). Well, para pembicara yang hadir tetap keren semua kok, tapi apalah daya malah ketemu dosenku di negeri orang. What a life!
Terlepas dari rangkaian acaranya yang ya gitu deh ya, aku yakini saja bahwa hikmah terbaiknya jadi nambah relasi baru, terutama teman-teman dari Indonesia --atau berdarah Indonesia-- yang berkesempatan untuk kuliah di luar negeri (dan dalam negeri). Hal itu masih bikin aku amazed, semoga ketularan rezekinya untukku ngerasain hal itu juga ya. Aamiin paling serieus!
Dan gegara itu pula, sangat disayangkan aku jadi mikir ulang sangat dalam untuk hadir di acara 'begituan' lagi. Dengan biaya yang dikeluarkan sendiri (dan menurutku itu lumayan lho ya!), rasanya kegiatan yang kualami rada-rada kurang sebanding. Dari segi akomodasi, boleh lah karena ditempatkan di guest house Scholars Inn UTM. Tapi kalau soal konsumsi, hmm... kuingin lidah Indonesiaku diuji dengan lidah khas warga lokal dan oh please, heritage visit to Malacca only for 2 hours, are you kidding?
Mungkin kalau dikasih kesempatan untuk ikut kegiatan internasional lagi, aku bakal pilih dengan lebih teliti. Lebih senang kalau acaranya fully funded, tapi toh aku juga bakal ikhlas saja mengeluarkan seperak dua perak asal acaranya memang se-worth it itu.
Tapi mending solo traveling aja, senang atau tidak dinikmati sendiri. Kalo ngeluh, ya ngeluh sendiri. Kalo senang, ya bahagianya lahir batin untuk kepuasan pribadi. Hhhh...
Post a Comment
Thanks for coming. I am glad you have reading this so far.
♥, acipa