Meski ikut kegiatan internasional nggak sama dengan traveling, kadang aku ngakalin supaya bisa punya waktu untuk eksplor tempat tersebut sendirian. Ya sebenarnya bisa-bisa aja kalau mau extend waktunya, tapi berhubung saat itu aku lagi masa internship, jadi cara yang paling gampang adalah dengan nyisipin di waktu yang tepat 👌
Lebih tepatnya, kabur sejenak dari kegiatan yang ini, hehehe.
Nggak layak ditiru sih, tapi ya sangat disayangkan karena acaranya bikin aku bosen haha. Aku juga tau diri kalau kegiatan yang menarik bisa dipastikan akan bikin betah dan berharap nggak cepet usai. Jadi, ywdh mari dinikmati karena belum tentu mau ke Johor Bahru lagi :D
With Kak Syark from Johor Bahru, my Couchsurfing host
Eksplor JB ini tentu nggak sendirian banget, aku ditemani warga lokal yang kutemukan lewat aplikasi Couchsurfing. Sedikit cerita soal Couchsurfing (CS), ini merupakan aplikasi hospitality and social netwoking service yang ngebantu para host dan surfer/traveler untuk saling connect saat traveling yang memungkinkan terjadinya cultural or social (or anything) exchange almost for free.
Kalau hotel/hostel/airbnb dan berbagai jenis akomodasi lainnya berbayar, couch yang ditawarkan umumnya gratis. Tapi demi menjaga kepatutan dan kepantasan diri, ya sadar lah untuk nggak ngerepotin si empunya. Ibarat kata udah dikasih tumpangan, minimal bisa beberes sendiri atau bantu-bantu apa gitu, nyuci piring, ngepel lantai, jemur baju, ngecet tembok, benerin genteng, atau bangun rumah tangga bersama *apaan si cip*.
Aku sendiri kadang nyempetin untuk bawa sesuatu sekadar untuk buah tangan. Misalnya kain batik, kopi khas Indonesia, atau oleh-oleh lainnya. Sempat kepikiran untuk nyelipin uang kalo misalnya ketemu host yang baik banget, tapi sebenarnya bukan itu yang diharapkan dari kebanyakan mereka. They just doing good deeds, and that's all! Sesederhana mereka mau berbuat kebaikan sama orang asing, apalagi kalo kebetulan mereka punya space yang kosong dan bisa dipakai, jadi ya... kenapa nggak?
Untuk dapet host, setelah daftar di Couchsurfing dan mencari sesuai destinasi yang akan dituju, mulai minta Request for Stay ke orang yang dipilih. Kamu bisa sesuaikan preferensi berdasarkan profil yang dia tulis. Sejauh ini, aku masih prefer untuk cari host perempuan demi alasan keamanan. Bisa juga berdasarkan jarak tempat tinggalnya ke akses tempat wisata, umur, last seen activity, testimoni dari user lain, atau tingkat verifikasinya. Sebagian orang niat untuk bikin akunnya 'premium' biar lebih gampang dipercaya.
Aku sendiri biasanya baca dengan detail profil yang ditulis host karena itu bakal ngebantu untuk tau karakter doi. Tentu saja don't judge book by it's cover, tapi dari sini jadi faktor penentu apakah request bakal diterima atau nggak. Selain jodoh, pilih-pilih dengan teliti juga dong host CS ini :D
Setelah oke, baru deh kirim pesan kalau mau numpang tinggal di couch-nya. Jangan ujug-ujug minta kek turun dari surga, kasih preambule dulu gitu. Jago dong harusnya kalo bikin basa-basi, asal jangan kepanjangan yang bikin pesannya nggak jelas. Mungkin bisa cerita hal yang jadi kesamaan atau sesuatu lainnya yang bikin orang luluh dan tergerak imannya untuk nerima permintaan itu. Kasih tau juga info sekilas soal kedatangan ke tempat tersebut dan alasan kenapanya. Terakhir, bisa deh dikasih 'sogokan' biar si calon host nggak mau nolak :D
RIP my vocab, but at least both of us understand it, LOL.
Nah, itu contoh pesan yang biasanya kukirim ke calon Couchsurfing host waktu kemarin berniat ke Singapura. Secara umum kadang strukturnya kubikin template untuk kirim pesan ke calon lainnya. Oh tentu saja aku nggak hanya berharap di satu orang. Kalau orangnya lama bales atau kebetulan nggak bisa nge-host, ada cadangan lain yang mau nerima. Percayalah, banyak nge-request selain membuka peluang lebih besar juga memungkinkan ditolak lebih banyak. Kan mpus!
Dari situ, kalo tiada aral melintang, terjadilah proses percakapan via message. Ini juga bisa jadi ajang untuk saling mengenal di awal dan tahu syarat ketentuan yang berlaku di masing-masing tempat host. Misalnya, waktu ke JB kemarin, host bilang kalau dia tinggal bareng orangtuanya dan minta si surfer untuk jaga kelakukan pakaian. Aku sih nggak masalah karena toh berhijab juga, hehe... Pas bagian ini, bisa banget dibicarakan sama host-nya ya ;)
| City Explore in Johor Bahru
| City Explore in Johor Bahru
Aku bareng Kak Syark, Couchsurfing host di Johor Bahru baru keluar rada siang jam 10an. Maunya sih early morning, tapi anaknya manut aja biar hemat bensin, hhh. Destinasi pertama adalah pergi ke Bukit Serene Palace. Di istana milik pemerintahan negara bagian ini nggak ada apa-apa, selain monumen replika mahkota raja Johor Bahru dan dataran arca bulan bintang di seberang halamannya.
Jangan ditanya rame atau nggak, area yang bisa aja dipake maen sepakbola ini sepi banget dari pengunjung. Nggak ada tuh tukang gerobak jualan minuman, aku cuma ketemu sama satu keluarga yang juga numpang foto doang di sini. Istananya juga nggak begitu keliatan karena terhalang pagar tanaman di atas bukit-bukitan. Hmmm...
Beranjak dari situ, pindah ke Danga Bay yang sama sepinya. Dermaga dengan berbagai kapal berlabuh ini sebenarnya macam amusement park gitu. Di dekatnya ada mall yang sama-sama sepi (mungkin gegara masih pagi kali ya). Dan kami emang nggak lama juga di sana.
Jalanan di Johor Bahru tuh keitung lancar parah, berasa semua area kayak tol, rasanya nggak pernah nemu ada macet gitu deh. Meski bikin perjalanan enak parah sampe bisa bobo, udaranya panas banget! Bandung still the most lovely city lah!
Hari Jumat itu aku sempat mampir ke Masjid Sultan Abubakar, salah satu masjid terbesar dan tercantik di Johor Bahru dengan gaya arsitektur English Victorian. Sekilas, kalau nggak ada kubah khas masjid Islam pada umumnya, orang bakal ngira bangunan tersebut macam gedung parlemen. Eh tapi gedung pemerintahannya juga kece sih!
Menurut info dari Kak Syark, aku baru tau kalo Jumat itu semacam hari libur di sana. Beberapa tempat kayak museum atau kebun binatang (Johor Zoo) dan tempat wisata publik lainnya tutup hari itu. Mereka kena weekend di hari Jumat dan Sabtu, sedangkan Ahad/Minggu masuk hitungan weekday. Wow, maynfak!
| Eat. Eat. Rep-EAT.
Karena nggak ikut shalat Jumat, kami mlipir ke salah satu spot turistik di JB, yakni Tan Hiok Nee Heritage Walk. Area ini kayak chinatown dengan berbagai toko dan bangunan di sekitarnya. Sempat masuk ke lobi Johor Bahru Chinese Heritage Museum juga tapi nggak lama karena mau berburu panganan khas di Hiap Joo Bakery and Biscuit Factory.
Di toko kue ini aku beli Coconut Buns (MYR 4.5 for 5 buns), Red Bean Buns (MYR 4.5 for 4 buns), dan Banana Cakes Big (RM 10 for 10 pieces). Niatnya buat dibagi ke conference roommate-ku di UTM sana. Rasanya? So-so aja sih, kue pisangnya mirip kayak yang mamaku bikin, tapi roti buns-nya emang enak banget apalagi kalo masih hangat-hangat syahdu. Beuuuhhh...
Selepas dari situ, Kak Syark ngajak aku makan siang di kedai nasi campur. Kalau di Indonesia lebih mirip warteg. Dan untuk pertama kalinya aku nyobain wheatgrass juice, minum rumput bisa seenak itu ges :D Tadinya sih mau menjajal Restoran Hua Mui dengan menu breakfast ala kopitiam. Tapi, karena Kak Syark nggak mau nemenin (takut nggak halal apa gimana katanya, padahal yah...), jadi kita cuma keliling sekitar heritage street ini.
Kalau beruntung, menjelang sore bakal dibuka pasar malam, salah satu yang terkenal adalah Bazar Karat. Berbagai barang murah dijual di sana, tapi karena agendaku nggak lama, list yang ini sayangnya harus dilewatkan, huhuhu...
Dari Tan Hiok Nee, mobil diarahkan menuju tempat di dekat Johor Darul Ta'zim Stadium. Destinasi ini rekomendasi dari Kak Syark untuk nyobain Pisang Goreng Mawar. Rasanya? Ya kayak pisang goreng, bedanya lebih kriuk, crunchy, dengan baluran saus kecap pedas. Paduan manis dari pisang, gurih dari tepung, dan sedikit pedas dari saus menyatu padu masuk ke dalam mulut. Beuuhh... Enaknya dimakan pagi-pagi sama kopi. Tapi sejujurnya rasa makanan ini nggak jauh beda sama yang pernah kucoba waktu di Tanjung, Kalimantan Selatan, wkwkwk *susah ya naikin selera acipa*
Ada banyak tempat wisata yang belum sempat dijajal, kayak Desaru Beach, Legoland, Angry Bird dan Hello Kity Park, Johor Premium Outlets, dan banyak lagi yang lainnya. Selain karena nggak minat, aku harus menyudahi eksplorasiku karena malamnya ada kegiatan Cultural Night di acara Simposium Internasional XI PPI Dunia di UTM Johor Bahru.
| A Bit about UTM Campus
Sekalian dianterin balik ke Scholars Inn UTM, Kak Syark juga ngebawa aku ke titik tertinggi di kampus teknologi Malaysia itu. Kebetulan, dia ini lulusan Universiti of Malaya yang lagi postgrad dan ngelakuin research di UTM ini. Yang menarik, ada kandang rusa di dalam kampusnya lho. ITB sih kayaknya kalah, meski ada kandang binatang, lokasinya terpisah sendiri jadi Kebun Binatang Bandung, wkwk.
Kalau dibayangkan, luas lokasinya adalah kampus-kampus yang ada di Jatinangor (UNPAD, ITB, IPDN, IKOPIN) disatukan jadi kawasan terpadu UTM. Di puncaknya, semacam observatorium Bosscha untuk dilakukan pengamatan astronomi. Untuk mencapai tempat itu, perlu ngelewatin hutan kampus yang luaaasss banget. Kewl sumpah!
Seharian di JB rasanya cukup memuaskan hasrat jalan-jalanku. Tempat yang relatif lengang untuk kota sebesar itu. Mungkin kalo berjodoh sama pangeran kerajaan sana, bisa lah bikin apartemen yang tiap hari Senin harga naik, saking nggak banyak manusianya, hahaha.
Jangan ditanya rame atau nggak, area yang bisa aja dipake maen sepakbola ini sepi banget dari pengunjung. Nggak ada tuh tukang gerobak jualan minuman, aku cuma ketemu sama satu keluarga yang juga numpang foto doang di sini. Istananya juga nggak begitu keliatan karena terhalang pagar tanaman di atas bukit-bukitan. Hmmm...
Beranjak dari situ, pindah ke Danga Bay yang sama sepinya. Dermaga dengan berbagai kapal berlabuh ini sebenarnya macam amusement park gitu. Di dekatnya ada mall yang sama-sama sepi (mungkin gegara masih pagi kali ya). Dan kami emang nggak lama juga di sana.
Terlalu mewah untuk kapal nelayan, terlalu kecil untuk kapal turis. Apa dong?
Jalanan di Johor Bahru tuh keitung lancar parah, berasa semua area kayak tol, rasanya nggak pernah nemu ada macet gitu deh. Meski bikin perjalanan enak parah sampe bisa bobo, udaranya panas banget! Bandung still the most lovely city lah!
Hari Jumat itu aku sempat mampir ke Masjid Sultan Abubakar, salah satu masjid terbesar dan tercantik di Johor Bahru dengan gaya arsitektur English Victorian. Sekilas, kalau nggak ada kubah khas masjid Islam pada umumnya, orang bakal ngira bangunan tersebut macam gedung parlemen. Eh tapi gedung pemerintahannya juga kece sih!
Menurut info dari Kak Syark, aku baru tau kalo Jumat itu semacam hari libur di sana. Beberapa tempat kayak museum atau kebun binatang (Johor Zoo) dan tempat wisata publik lainnya tutup hari itu. Mereka kena weekend di hari Jumat dan Sabtu, sedangkan Ahad/Minggu masuk hitungan weekday. Wow, maynfak!
| Eat. Eat. Rep-EAT.
Karena nggak ikut shalat Jumat, kami mlipir ke salah satu spot turistik di JB, yakni Tan Hiok Nee Heritage Walk. Area ini kayak chinatown dengan berbagai toko dan bangunan di sekitarnya. Sempat masuk ke lobi Johor Bahru Chinese Heritage Museum juga tapi nggak lama karena mau berburu panganan khas di Hiap Joo Bakery and Biscuit Factory.
Teman-temaanku yang lain datang ke sini pas malem dan lebih seru, huhu :(
Toko roti dan kue yang terkenal di Johor Bahru, masih enakan Suisse Bakery tau!
Di toko kue ini aku beli Coconut Buns (MYR 4.5 for 5 buns), Red Bean Buns (MYR 4.5 for 4 buns), dan Banana Cakes Big (RM 10 for 10 pieces). Niatnya buat dibagi ke conference roommate-ku di UTM sana. Rasanya? So-so aja sih, kue pisangnya mirip kayak yang mamaku bikin, tapi roti buns-nya emang enak banget apalagi kalo masih hangat-hangat syahdu. Beuuuhhh...
Selepas dari situ, Kak Syark ngajak aku makan siang di kedai nasi campur. Kalau di Indonesia lebih mirip warteg. Dan untuk pertama kalinya aku nyobain wheatgrass juice, minum rumput bisa seenak itu ges :D Tadinya sih mau menjajal Restoran Hua Mui dengan menu breakfast ala kopitiam. Tapi, karena Kak Syark nggak mau nemenin (takut nggak halal apa gimana katanya, padahal yah...), jadi kita cuma keliling sekitar heritage street ini.
Hobi banget nongkrong di kopitiam!
Kalau beruntung, menjelang sore bakal dibuka pasar malam, salah satu yang terkenal adalah Bazar Karat. Berbagai barang murah dijual di sana, tapi karena agendaku nggak lama, list yang ini sayangnya harus dilewatkan, huhuhu...
Dari Tan Hiok Nee, mobil diarahkan menuju tempat di dekat Johor Darul Ta'zim Stadium. Destinasi ini rekomendasi dari Kak Syark untuk nyobain Pisang Goreng Mawar. Rasanya? Ya kayak pisang goreng, bedanya lebih kriuk, crunchy, dengan baluran saus kecap pedas. Paduan manis dari pisang, gurih dari tepung, dan sedikit pedas dari saus menyatu padu masuk ke dalam mulut. Beuuhh... Enaknya dimakan pagi-pagi sama kopi. Tapi sejujurnya rasa makanan ini nggak jauh beda sama yang pernah kucoba waktu di Tanjung, Kalimantan Selatan, wkwkwk *susah ya naikin selera acipa*
Pisang Goreng Mawar khas Johor Bahru, legit!
Ada banyak tempat wisata yang belum sempat dijajal, kayak Desaru Beach, Legoland, Angry Bird dan Hello Kity Park, Johor Premium Outlets, dan banyak lagi yang lainnya. Selain karena nggak minat, aku harus menyudahi eksplorasiku karena malamnya ada kegiatan Cultural Night di acara Simposium Internasional XI PPI Dunia di UTM Johor Bahru.
| A Bit about UTM Campus
Sekalian dianterin balik ke Scholars Inn UTM, Kak Syark juga ngebawa aku ke titik tertinggi di kampus teknologi Malaysia itu. Kebetulan, dia ini lulusan Universiti of Malaya yang lagi postgrad dan ngelakuin research di UTM ini. Yang menarik, ada kandang rusa di dalam kampusnya lho. ITB sih kayaknya kalah, meski ada kandang binatang, lokasinya terpisah sendiri jadi Kebun Binatang Bandung, wkwk.
Ini naik ke atas tower tanpa pengaman karena cuma kami berdua yang ada di sana saat itu
Kalau dibayangkan, luas lokasinya adalah kampus-kampus yang ada di Jatinangor (UNPAD, ITB, IPDN, IKOPIN) disatukan jadi kawasan terpadu UTM. Di puncaknya, semacam observatorium Bosscha untuk dilakukan pengamatan astronomi. Untuk mencapai tempat itu, perlu ngelewatin hutan kampus yang luaaasss banget. Kewl sumpah!
Seharian di JB rasanya cukup memuaskan hasrat jalan-jalanku. Tempat yang relatif lengang untuk kota sebesar itu. Mungkin kalo berjodoh sama pangeran kerajaan sana, bisa lah bikin apartemen yang tiap hari Senin harga naik, saking nggak banyak manusianya, hahaha.
Baru tahuu kalo ada yang namanya couchsurfing. Hehehe. *katro banget nih
ReplyDeleteSeru juga ya konsepnya. Dan ternyata emang beneran ada yang make gituu. Makan-makannya juga seruu.
Yap, meski aplikasinya masih dengan interface sederhana, manfaat yg didapet cukup banyak, selain bisa ketemu banyak orang baru jadi bisa mutualan terutama kalo mau eksplor tempat baru. A must try!
Delete