Setahun yang lalu, 20 Agustus 2016, aku masih ingat hari itu adalah hari terakhir penyelenggaraan INTEGRASI ITB 2016. Euforia menikmati selesainya ajang kaderisasi awal terpusat untuk mahasiswa baru ITB saat itu bisa dibilang cukup meriah meski rasanya masih kurang greget alias "kurang merinding" saat digaungkannya Salam Ganesha di kawasan Saraga, Sabtu sore. Tapi nggak papa, hal itu nggak menyurutkan semangatku untuk ikut andil jadi mentor KAT ITB tahun berikutnya. Dan... voila! harapanku Allah kabulkan kembali. Alhamdulillah...
Selama hampir tiga bulan libur kuliah, rasanya aku cuma menyicipinya sekitar dua minggu, itupun di waktu menjelang dan beberapa hari setelah lebaran Idul Fitri 1438 H, karena sebelum dan setelah itu ada kegiatan Diklat Terpusat sebagai kaderisasi lanjutan Integrasi ITB 2016. Dan karena kebetulan aku berpartisipasi jadi panitia lapangan OSKM ITB 2017 tahun ini, makanya aku ikut Diklat Divisi Mentor yang namanya adalah Sekolah Mentor OSKM ITB 2017.
Seingatku, di Day 1 Sekmen aku nggak bisa datang, alasannya kalau bukan karena jadwalnya yang bentrok dengan kegiatan ospek jurusan (re: osjur; iya jadi kebetulan selama liburan juga ada PPAB Nymphaea ITB 2017 agar supaya bisa jadi anggota himpunan), di sisi lain aku bertugas untuk liputan ke luar kota. Aku nggak ingat tepatnya kenapa, tapi baru bisa gabung di Day 2.
Selama Sekolah Mentor ini, kami Ca-Mentor dibekali dengan berbagai materi dan pemahaman seputar OSKM ITB 2017, teknis lapangan, materi pergerakan mahasiswa, sampai ilmu komunikasi yang penting (dan paling kusuka, wkwk).
Di Sekolah Mentor ini, aku tergabung di Distrik 4 - Legiun 2. Iya, jadi sistem pengelompokkannya mirip dengan sistem tentara Romawi kuno gitu, ada juga sebutan Kaisar, Senat, Praetor, Konsul, Aedile untuk menyebut para atasan di Sekmen. Di samping itu, ada tiga orang Danlap dan banyak Pendiklat yang ikut andil menemani Ca-Mentor selama hari-hari di Sekolah Mentor ini.
Singkat cerita, setelah mengarungi berbagai lika-liku perjalanan dan drama Sekolah Mentor, Legiun 2 dipasangkan dengan Legiun 11 untuk prosesi pernikahan dan membentuk Batalyon 5, SADHIYA SANISKARA. Setiap batalyon nantinya dibagi lagi jadi 20 Keluarga yang akan menemani para mahasiswa baru di OSKM ITB 2017. Lucunya, ketika teman-teman selegiunku punya pasangan dari legiun seberang, jodohnya aku malah di legiun dan distrik sendiri, pasanganku saat itu baru satu orang, M. Raihan Aziz a.k.a Ai dari Teknik Elektro 2016.
Momen pertama batalyon itu kalau nggak salah waktu kumpul di basecamp, selain buat ajang kenalan dan saling follow-followan instagram, juga ajang makan-makan meski harus iuran juga, wkwk. Ada Danyon (Komandan Batalyon) yaitu Fadhil dari Teknik Geologi 2016 dan Wadanyon kami adalah Afif dari Oseanografi 2016, kami sih biasa menyebutnya Pak RT dan Bu RT, hihi. Yang paling berkesan adalah saat malam pelantikan, pengesahan dari Calon Mentor menjadi Mentor sesungguhnya. Rasanya kayak udah lupa rasa capek, lelah, dan penat saat bisa jadi satu dari PROCERUS ABISATYA.
Tibalah saatnya hari H itu tiba, tiga hari yang luar biasa di ajang Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa ITB 2017. Oh iya, aku lupa mengenalkan kembali pasangan tambahanku, ada Gilang Enggar Lana a.k.a Gel dari Teknik Geologi 2016. Senangnya dalam hati banget nggak sih, kapan lagi kan bisa punya dua cowok sekaligus? *eaaaa*
Aku bareng Gel dan Ai jadi mentor untuk Keluarga 83, menemani 24 orang maba dari berbagai fakultas. Rasanya luar biasa di pagi hari pertama bertemu mereka, wajah-wajah antusias menyambut babak baru di hidupnya, boleh dikata deja vu gitu deh, hehe. Hari pertama bertepatan dengan tanggal 17 Agustus, ada upacara hari kemerdekaan, pembukaan OSKM ITB 2017, dan sesi mentoring. Well, mengesankan sekaligus menggelisahkan juga kalau diinget-inget ngagetin maba yang ngantuk pas lagi mentoring, ngerasa bersalah banget, wkwk.
Hari kedua mungkin bisa dibilang kegabutan day, soalnya nggak banyak interaksi bareng maba selain menemani pengondisian mereka di Sabuga untuk berbagai sesi pemaparan tentang KM ITB, kuliah umum bersama Ibu Susi Pudjiastuti, dan OSKM Talks dari beberapa narasumber yang menginspirasi. Di sela-sela gabutnya itu, kalau nggak tidur ngemper di area depan dan samping Sabuga, seringkali ngelucu bareng teman-teman Batalyon 5. Mulai dari lelucon "jangan lupa pake bawahan mukena", "ada yang mau nugget?", "tukang mungutin sampah", sampai games-games pembodohan yang ajib receh, kocak, dan konyolnya.
Dan hari terakhir, sesi mentoring yang dipadatkan hanya dalam waktu 90 menit, lorong massa yang super crowded, dan penutupan OSKM ITB 2017 yang menggetarkan hati. Ada banyak suka duka yang dilewati, semenyenangkan ini ternyata jadi seorang mentor. Entah apakah aku sudah menjalankan peran menjadi kakak yang berempati, penjamin materi yang berwawasan, panitia lapangan yang disiplin, pribadi yang senantiasa berkembang, dan penebar manfaat, karena yang kutau... aku bahagia dengan semua ini.
Di Sekolah Mentor ini, aku tergabung di Distrik 4 - Legiun 2. Iya, jadi sistem pengelompokkannya mirip dengan sistem tentara Romawi kuno gitu, ada juga sebutan Kaisar, Senat, Praetor, Konsul, Aedile untuk menyebut para atasan di Sekmen. Di samping itu, ada tiga orang Danlap dan banyak Pendiklat yang ikut andil menemani Ca-Mentor selama hari-hari di Sekolah Mentor ini.
Singkat cerita, setelah mengarungi berbagai lika-liku perjalanan dan drama Sekolah Mentor, Legiun 2 dipasangkan dengan Legiun 11 untuk prosesi pernikahan dan membentuk Batalyon 5, SADHIYA SANISKARA. Setiap batalyon nantinya dibagi lagi jadi 20 Keluarga yang akan menemani para mahasiswa baru di OSKM ITB 2017. Lucunya, ketika teman-teman selegiunku punya pasangan dari legiun seberang, jodohnya aku malah di legiun dan distrik sendiri, pasanganku saat itu baru satu orang, M. Raihan Aziz a.k.a Ai dari Teknik Elektro 2016.
Itu maksudnya buku nikah dan pakai cincin pita juga lho, haha! |
Muka-muka lelah habis malam pelantikan, tapi senang~ |
Momen pertama batalyon itu kalau nggak salah waktu kumpul di basecamp, selain buat ajang kenalan dan saling follow-followan instagram, juga ajang makan-makan meski harus iuran juga, wkwk. Ada Danyon (Komandan Batalyon) yaitu Fadhil dari Teknik Geologi 2016 dan Wadanyon kami adalah Afif dari Oseanografi 2016, kami sih biasa menyebutnya Pak RT dan Bu RT, hihi. Yang paling berkesan adalah saat malam pelantikan, pengesahan dari Calon Mentor menjadi Mentor sesungguhnya. Rasanya kayak udah lupa rasa capek, lelah, dan penat saat bisa jadi satu dari PROCERUS ABISATYA.
PROCERUS ABISATYA adalah nama bagi Mentor OSKM ITB 2017. Procerus merupakan nama ilmiah dari salah satu spesies kuda laut, sedangkan Abisatya berarti sahabat yang setia.
Para kuda laut jantan terlahir memiliki sebuah kantong pada tubuh mereka. Di dalam kantong itulah kuda laut betina menetaskan telur-telurnya. Hal ini seperti mentor yang mengasuh, mempersiapkan, dan mematangkan para mahasiswa baru. Ayah kuda laut menjaga telur-telur tersebut selama 2 bulan, hingga bayi-bayinya menetas dan meninggalkan kantong tersebut. Tak berhenti sampai di sana, ayah kuda laut akan terus melindungi anak-anaknya hingga mereka dewasa dan mampu hidup sendiri. Sama halnya dengan mentor yang mempersiapkan mahasiswa sepanjang OSKM ITB 2017 untuk menjalani perkuliahan di ITB.
PROCERUS ABISATYA x SADHIYA SANISKARA |
Tibalah saatnya hari H itu tiba, tiga hari yang luar biasa di ajang Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa ITB 2017. Oh iya, aku lupa mengenalkan kembali pasangan tambahanku, ada Gilang Enggar Lana a.k.a Gel dari Teknik Geologi 2016. Senangnya dalam hati banget nggak sih, kapan lagi kan bisa punya dua cowok sekaligus? *eaaaa*
Aku bareng Gel dan Ai jadi mentor untuk Keluarga 83, menemani 24 orang maba dari berbagai fakultas. Rasanya luar biasa di pagi hari pertama bertemu mereka, wajah-wajah antusias menyambut babak baru di hidupnya, boleh dikata deja vu gitu deh, hehe. Hari pertama bertepatan dengan tanggal 17 Agustus, ada upacara hari kemerdekaan, pembukaan OSKM ITB 2017, dan sesi mentoring. Well, mengesankan sekaligus menggelisahkan juga kalau diinget-inget ngagetin maba yang ngantuk pas lagi mentoring, ngerasa bersalah banget, wkwk.
Hari kedua mungkin bisa dibilang kegabutan day, soalnya nggak banyak interaksi bareng maba selain menemani pengondisian mereka di Sabuga untuk berbagai sesi pemaparan tentang KM ITB, kuliah umum bersama Ibu Susi Pudjiastuti, dan OSKM Talks dari beberapa narasumber yang menginspirasi. Di sela-sela gabutnya itu, kalau nggak tidur ngemper di area depan dan samping Sabuga, seringkali ngelucu bareng teman-teman Batalyon 5. Mulai dari lelucon "jangan lupa pake bawahan mukena", "ada yang mau nugget?", "tukang mungutin sampah", sampai games-games pembodohan yang ajib receh, kocak, dan konyolnya.
sumber: Dokumentasi LFM - ITB |
Dan hari terakhir, sesi mentoring yang dipadatkan hanya dalam waktu 90 menit, lorong massa yang super crowded, dan penutupan OSKM ITB 2017 yang menggetarkan hati. Ada banyak suka duka yang dilewati, semenyenangkan ini ternyata jadi seorang mentor. Entah apakah aku sudah menjalankan peran menjadi kakak yang berempati, penjamin materi yang berwawasan, panitia lapangan yang disiplin, pribadi yang senantiasa berkembang, dan penebar manfaat, karena yang kutau... aku bahagia dengan semua ini.
Terima kasih untuk semua yang membuat ini jadi kenyataan.
super love,
Acipa
Acipa
Post a Comment
Thanks for coming. I am glad you have reading this so far.
♥, acipa