Kepada satu hal yang sejak wacananya diterbitkan di papan pengumuman LTPB,
Belakangan, aku harus jujur pada diriku sendiri, niatan awalku menjadikanmu pilihan bukanlah suatu keinginan yang maha besar yang ada dalam diriku. Kamu tahu kenapa? Karena ada pilihan lain yang nyatanya lebih tepat untuk kuambil. Tapi tidak, aku membohongi diriku sendiri. Dan entah harus bahagia atau sedih, kau benar-benar menerima 'pinangan'-ku.
Hari-hari pertama, keantusiasanku amatlah memuncak, bukan karena dirimu, tapi apa yang berada di belakangmu, embel-embel kebanggaan yang pastinya dimimpikan banyak orang. Aku merasa..., aku terlalu beruntung (?) Entah harus kukatakan apa, padahal bisa jadi, ada yang lebih benar-benar menginginkanmu.
Hari-hari selanjutnya, rasa gembira itu menurun, berbanding terbalik dengan jumlah waktu yang kukeluarkan untukmu. Kamu tahu kalau itu rasanya seperti buang-buang waktu saja kan? Andaikan saja sejak awal aku tak benar-benar memilihmu, bukan tidak mungkin aku bisa lebih bahagia dengan yang lain, bukan tidak mungkin ada orang yang lebih tepat untukmu yang bisa bahagia karena dan bersama kamu.
Tapi, jauh dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku tak pernah benar-benar ingin melepasmu.
Kamu tahu pepatah orang Jawa yang mengatakan, witing tresno jalaran soko kulino kan? Cinta ada karena terbiasa. Seperti film-film fiksi yang kutonton atau buku-buku cerita yang kubaca, aku selalu berharap perasaan itu muncul dalam diriku, bertahan, dan mengakar kuat selamanya hingga aku menyadari bahwa aku tak pernah salah memilihmu sedari awal. Aku selalu berdoa dalam diam untuk hal itu.
Meskipun aku sadar masih ada perasaan cintaku pada yang lain, kamu tak pernah mengeluh--kuharap begitu. Aku masih seringkali bermain di belakangmu untuk curi-curi waktu dengan hal-hal yang kusukai selain dirimu, tapi kesetiaan dan kesabaranmu dalam menunggu hadirnya perasaan itu, aku seolah-olah menampar diriku sendiri.
Teruntuk yang menunggu jawabanku hingga 2 Maret besok,
Hingga saat ini, baru sedikit sekali rasa sayang yang kucurahkan untukmu. Bahkan, bukan sayang namanya kalau tugasmu saja tidak belum kukerjakan meski tenggat waktu masih ada beberapa hari lagi. Katanya, kalau sayang, kalau cinta, sesulit apapun kan diterjang sekuat tenaga. Tapi, coba lihat aku.
Maka, kumohon bersabarlah sedikit lagi, kamu pasti bisa kan? Perasaan itu sedikit demi sedikit akan mulai hadir, berdesir dalam hatiku dan akan sangat amat kubanggakan nantinya.
Atas nama fakultas yang menaungiku sejak Agustus tahun lalu,
Aku tak akan pernah kecewa untuk salah memilihmu, kan? Kamu adalah pilihan terbaik yang Allah anugerahkan untukku. Aku tahu aku baru mencintaimu setengah hati. Rasanya seperti bumerang ketika orang-orang bercerita dan mengingatkan "jangan sampai salah jurusan", hidup dan mati ada pada pilihannya. Namun, aku menganggap aku tak salah ambil jalan, meski harapku pada sesuatu yang berhubungan dengan sosial humaniora juga sama besarnya, kamulah yang lebih mampu menerimaku.
Bahkan, terhadap dua pilihan bercabang yang ada padamu, aku akan benar-benar ikhlas kemanapun aku pergi karena aku tahu inilah yang terbaik untukku. Aku tak akan kecewa karena kamu akan setia menuntunku pada jalan-jalan kebaikan yang akan aku hadapi nantinya. Kumohon, bantu aku untuk mengenalmu, menyayangimu, dan mencintaimu ya. Dan kuharap, apa yang kuusahakan ini tak pernah sia-sia. Meski kamu tahu aku masih saja menyukai sesuatu di luar dirimu, aku tak pernah bisa pindah ke lain hati, jika witing tresno jalan soko kulino dan witing mulyo jalaran wani rekoso benar-benar terjadi antara kita.
Masih berpikir antara memilih Biologi atau Mikrobiologi,
Acipa
PS. Semoga ini termasuk surat cinta, ya Bosse. Kuharap Tukang Pos tak salah antar mengirim suratku pada kamu.
Mahasiswa yang mencoba menjadi kekasih dari suatu mata kuliah ya......
ReplyDelete