"Lebih baik jadi kepala kucing daripada ekor harimau." –temennya Kak Bani
Masih ingat dengan temanku yang kusebut di post sebelumnya, dia yang diterima Teknik Sipil Universitas Diponegoro? Iya, dia salah satu yang namanya juga pernah muncul di blog ini, cari aja kalau dapet, kalau nggak ngapain juga dicari, nggak akan ditanya di PU kok :p
Sejak awal, mungkin aku yang teramat heboh menyemangatinya untuk masuk universitas yang sama dengan yang kupilih, beda fakultas dong, biar peluangku lebih besar, hehe. Pokoknya, sebisa mungkin ada di universitas yang sama, biar bisa sombong jas almamater barengan, hmm... bohong kok, atau bisa jadi iya *eh.
Awalnya kusarankan dia pilih FMIPA, secara kalau urusan rumus-rumus Matematika dia jago, nggak tau kalau Fisikanya. Tapi jadinya dia pilih FTSL, nggak papa, sama kerennya, jurusan Ir. Soekarno lho itu! Dia nggak diundang, tapi aku bilang... dia masih bisa datang sendiri kok kesini, tanpa harus undangan sekalipun. Seperti biasa, gerbang depan kampus Ganesha selalu menyambut, nggak akan pernah ditutup kecuali setelah jam 23.00.
Singkat cerita, 28 Juni kemarin, sehabis aku suruh buru-buru, dan minta screenshot layar pengumuman SBMPTN, dia masih belum sadar sepenuhnya kalau dia diterima di kampus Undip itu, matanya sedikit kabur padahal aslinya belo banget dan nyangka kalau yang di layar Sipil ITB, padahal bukan. Tapi aku ikut senang, kelewat senang daripada orangnya malah, karena mungkin jauh di dalam hatinya, masih ingin FTSL ITB.
Meski kemudian jadi kebingungan sendiri buat dia memikirkan soal akomodasi dan transportasi ke Semarang, tapi namanya anak laki-laki selalu punya langkah lebih besar dibanding anak perempuan, ya kan? Jadi, nggak usah khawatirlah, umurnya seangkatan denganku tapi dia kuat kok, insyaAllah xD
Aku pernah baca di cerita Kak Bani, siapa dia aku baru tau beberapa waktu ke belakang dan itu nggak penting diceritakan sih, satu yang kuingat dari post-nya yang ini adalah bahwa temennya pernah bilang “lebih baik jadi kepala kucing daripada ekor harimau”. Meski prinsip ini sendiri nggak dianut sama Kak Bani, tapi menurutku ini keren kalau aku kasih ke teman-temanku yang lain, mereka yang akhirnya dipilih untuk dapat pilihan kedua.
Memangnya siapa sih yang mau dijadikan pilihan kedua, dapat pilihan kedua, dan diduakan? #tsaaah Nggak ada, banyak diantara orang-orang menginginkan pilihan pertama supaya dikabulkan. Tapi hei, siapa juga yang tahu kalau jackpot ada di pilihan dua, tiga, atau pilihan-pilihan lainnya? Bahkan bisa jadi, pilihan pertama itu zonk!
Dan hal yang sama aku bilang juga ke Wifqi, bahwa sebenarnya bukan masalah kampus mana kita kuliah akhirnya, tapi seberapa manfaat kita buat orang-orang, buat menebar kebaikan di jalan-Nya. Siapa yang tau, kalau Wifqi di Undip, dia bisa jadi mahasiswa berprestasi, ikut berbagai macam perlombaan dari tingkat desa sampai internasional, jadi ketua organisasi anu apalah, dapat gelar sarjana cum laude, bahkan bisa kuliah di luar negeri *eh untuk study abroad, kami janji ke Jepang sih, haha*.
Lain cerita kalau mungkin dia di ITB, hanya jadi sekadar mahasiswa biasa yang nggak begitu dikenal kampus, dikenal massa, bahkan dikenal sejarah. Seolah satu jurusan dengan presiden RI pertama cuma jurusannya aja, ceritanya nggak ikut “bergenderang” dan menggetarkan hati banyak orang, apalagi mamahnya. Btw, habis ngetik ini, aku jadi kepikiran apa yang akan terjadi empat tahun mendatang. Let see~
Dan itu pesanku buat kamu juga, dimanapun kamu berada, selalu tebarkan kebaikan dan manfaat. InsyaAllah pesan yang sama berlaku buatku juga kok. Meski, menurut Kak Bani lagi, kenapa harus membatasi diri kita jadi kepala kucing kalau kita bisa jadi kepala harimau (atau gajah atau naga), kan?
Jadi, pilih mana, mending jadi kepala kucing atau ekor harimau? Kalau aku sih, mending jadi kepala singa, hehe.
Suka-suka dong pilih apa, wks.
Masih ingat dengan temanku yang kusebut di post sebelumnya, dia yang diterima Teknik Sipil Universitas Diponegoro? Iya, dia salah satu yang namanya juga pernah muncul di blog ini, cari aja kalau dapet, kalau nggak ngapain juga dicari, nggak akan ditanya di PU kok :p
Sejak awal, mungkin aku yang teramat heboh menyemangatinya untuk masuk universitas yang sama dengan yang kupilih, beda fakultas dong, biar peluangku lebih besar, hehe. Pokoknya, sebisa mungkin ada di universitas yang sama, biar bisa sombong jas almamater barengan, hmm... bohong kok, atau bisa jadi iya *eh.
Awalnya kusarankan dia pilih FMIPA, secara kalau urusan rumus-rumus Matematika dia jago, nggak tau kalau Fisikanya. Tapi jadinya dia pilih FTSL, nggak papa, sama kerennya, jurusan Ir. Soekarno lho itu! Dia nggak diundang, tapi aku bilang... dia masih bisa datang sendiri kok kesini, tanpa harus undangan sekalipun. Seperti biasa, gerbang depan kampus Ganesha selalu menyambut, nggak akan pernah ditutup kecuali setelah jam 23.00.
Singkat cerita, 28 Juni kemarin, sehabis aku suruh buru-buru, dan minta screenshot layar pengumuman SBMPTN, dia masih belum sadar sepenuhnya kalau dia diterima di kampus Undip itu, matanya sedikit kabur padahal aslinya belo banget dan nyangka kalau yang di layar Sipil ITB, padahal bukan. Tapi aku ikut senang, kelewat senang daripada orangnya malah, karena mungkin jauh di dalam hatinya, masih ingin FTSL ITB.
klik untuk memperbesar |
Meski kemudian jadi kebingungan sendiri buat dia memikirkan soal akomodasi dan transportasi ke Semarang, tapi namanya anak laki-laki selalu punya langkah lebih besar dibanding anak perempuan, ya kan? Jadi, nggak usah khawatirlah, umurnya seangkatan denganku tapi dia kuat kok, insyaAllah xD
Aku pernah baca di cerita Kak Bani, siapa dia aku baru tau beberapa waktu ke belakang dan itu nggak penting diceritakan sih, satu yang kuingat dari post-nya yang ini adalah bahwa temennya pernah bilang “lebih baik jadi kepala kucing daripada ekor harimau”. Meski prinsip ini sendiri nggak dianut sama Kak Bani, tapi menurutku ini keren kalau aku kasih ke teman-temanku yang lain, mereka yang akhirnya dipilih untuk dapat pilihan kedua.
Memangnya siapa sih yang mau dijadikan pilihan kedua, dapat pilihan kedua, dan diduakan? #tsaaah Nggak ada, banyak diantara orang-orang menginginkan pilihan pertama supaya dikabulkan. Tapi hei, siapa juga yang tahu kalau jackpot ada di pilihan dua, tiga, atau pilihan-pilihan lainnya? Bahkan bisa jadi, pilihan pertama itu zonk!
source |
Dan hal yang sama aku bilang juga ke Wifqi, bahwa sebenarnya bukan masalah kampus mana kita kuliah akhirnya, tapi seberapa manfaat kita buat orang-orang, buat menebar kebaikan di jalan-Nya. Siapa yang tau, kalau Wifqi di Undip, dia bisa jadi mahasiswa berprestasi, ikut berbagai macam perlombaan dari tingkat desa sampai internasional, jadi ketua organisasi anu apalah, dapat gelar sarjana cum laude, bahkan bisa kuliah di luar negeri *eh untuk study abroad, kami janji ke Jepang sih, haha*.
Lain cerita kalau mungkin dia di ITB, hanya jadi sekadar mahasiswa biasa yang nggak begitu dikenal kampus, dikenal massa, bahkan dikenal sejarah. Seolah satu jurusan dengan presiden RI pertama cuma jurusannya aja, ceritanya nggak ikut “bergenderang” dan menggetarkan hati banyak orang, apalagi mamahnya. Btw, habis ngetik ini, aku jadi kepikiran apa yang akan terjadi empat tahun mendatang. Let see~
Dan itu pesanku buat kamu juga, dimanapun kamu berada, selalu tebarkan kebaikan dan manfaat. InsyaAllah pesan yang sama berlaku buatku juga kok. Meski, menurut Kak Bani lagi, kenapa harus membatasi diri kita jadi kepala kucing kalau kita bisa jadi kepala harimau (atau gajah atau naga), kan?
Jadi, pilih mana, mending jadi kepala kucing atau ekor harimau? Kalau aku sih, mending jadi kepala singa, hehe.
Suka-suka dong pilih apa, wks.
Mau jadi uler aja deh. Licin. Muahahaha. Tapi ya, ingat masa masa dulu, uni juga suka mikir kayak gitu. Cuma kalau sekarang sih mikirnya, kalau jadi ekor harimau bisa bikin lebih baik, kenapa harus milih kepala kucing.
ReplyDeleteNah itu Uni, sebenarnya jadi apapun bagiannya, percaya bahwa Allah udah ngasih jalan cerita di masing-masingnya, hehe...
DeleteKalo aku lebih milih jadi kepala kucing. Ekor harimau mah buat apa. Tapi sama seperti yang komen di atas, kalo lebih bermanfaat ekor harimau ya kenapa ga milih ekor harimau aja? :D
ReplyDelete- Dari yang punya michaeldavidj.blogspot.com :D
Well, setiap orang bisa berperan jadi apa saja tergantung apa yang mereka mau dan juga situasinya, jangan maksain jadi kepala kucing kalau memang ada yang lebih mampu jadi kepala harimau, tapi juga jangan mau-maunya jadi ekor harimau kalau bisa jadi kepala harimau juga, hehe...
DeleteAku pilih kepala kucing aja deeeh :D
ReplyDeleteKarena kucing lucu ya Kak? :D
Deletekalo dulu aku diksh tau perumpamaannya ama bosku, mau jadi kepala ikan teri, ato ekor ikan paus ;p.. samaajalah maksdnya :).. kalo skr sih, jujurnya aku juga msh kerja menjadi ekor ikan paus :).. tp ya sudahlah mbak... memang rezekinya di sana :D.. mungkin juga aku tipe yg lbh mncari aman.. kalo jd kepala ikan teri, masih belum yakin aja apa yg aku dapet bakal sama besar dgn ekor ikan paus ;p.. Yg ptg kerja sebaik2nya, utk mncari ridho Allah :)
ReplyDeleteEkor paus tentu saja lebih besar ya daripada kepala teri, hihi... yap, the most important point adalah lakukan segalanya sebaik yang kita mampu :)
DeleteAku milih jadi kepala manusia aja, mba. Biar ketahuan pola pikirnya seperti apa. Hihii. Tapi memang menjadi manusia harus bermanfaat bagi sesama
ReplyDeleteJawaban masuk akal sih Mbak :D
DeleteBaca tentang lulus SBMPTN, jadi kepikiran. Gimana ya gue tahun depan, bisa gak ya lolos ptn yang gue pengen. Semoga diberi kelancaran, amin. #lahcurhat
ReplyDeleteAmin... Makanya persiapin dari sekarang, biar gak keteteran nanti. Semangat ya ^^
DeleteDimanapun jurusan atau kampusnya, yang penting pas kuliah bener cipa. Hahahaha
ReplyDeleteNah! Bener ini bener xD
DeleteGue fikir ini mau jualan hewan tadi ._.
ReplyDeleteTadinya mau dibikin sabung kucing sama harimau :p
Deletepada akhirnya nanti ketika bekerja almamter sudah gak begitu dihiraukan kok. karena yg dilihat selain skill-nya yg terpenting adl attitude. di kantorku pun skrg lebih memilih lulusan alumni kampus yg tidak begitu tersohor karena biasanya nih... lebih niat2 dalam bekerja dan gak banyak ngeluh, dan bukan kutu loncat yang kebangetan. no offense dg lulusan kampus favorit seindonesia raya ya, karena ini kenyataan.
ReplyDeletememang sih, alumni kampus2 fave biasanya cara berpikirnya lebih visioner dan lebih open minded. tapi yang attitude-nya kurang bagus juga banyak. begitu juga dg kampus no-2 dst.
tapi yg pasti, asal akreditasi jurusannya sudah A (minimal B) insyaallah kegiatan belajar mengajarnya juga sudah baik. agar hasilnya maksimal tentu si mhs tsb juga harus menjalankannya dg sebaik-baiknya.
Balik lagi ke orangnya sih ya Mbak, syukur-syukur sehabis ditempa di tempat yang bagus hasilnya juga bagus, nggak hanya open-minded tapi juga punya aksi nyata :)
Deletesetiap di kasih pilihan begini aku selalu berpikir aku gak bakal milih keduanya, aku memilih menjadi diriku sendiri. di mana posisiku sebagai kepala kucing, ekor harimau, atau pun kepala harimaunya biar orang yang melihat. Gak perlu takut dengan dimana kita berada sekarang, tapi maksimal kan setiap potensi yang ada :)
ReplyDelete