"Selagi Bumi Allah masih berputar sesuai kehendak-Nya, selagi itu pulalah akan banyak jalan yang bisa ditempuh."
Pengumuman kelulusan dari perjuangan tingkat nasional baru saja selesai, menyisakan satu dua pengumuman untuk beberapa perjuangan lainnya lagi. Aku, cuma bisa menyimak sampai sejauh ini, beruntung sejak awal, Alhamdulillah.
Sejak 31 Mei, di saat aku sudah “cukup lega” dengan perhentian atas nama undangan, di saat yang sama ada ratusan ribu teman-temanku, kawan yang perjuangannya lebih hebat bertempur atas nama ujian tes tulis. Kalau boleh jujur, aku saja merasa ragu dan takut, tidak percaya diri aku akan bisa, tapi teman-temanku bisa. MasyaAllah...
Waktu berlalu, masih ada resah yang timbul tenggelam, dalam hati dan pikiran teman-temanku itu. Takut seandainya hasil tak sesuai dengan kenyataan, meski digaungkan kutipan bahwa keringat yang dikeluarkan sang pekerja akan dibayar sepadan dengan upah yang didapatnya. Bagaimana kalau memang tidak setimpal? Apakah masih kurang banyak keringat yang bercucuran demi hasil yang muncul di layar. “Selamat”.
Dan tibalah akhirnya, 28 Juni, Selasa siang, empat jam menjelang berbuka puasa. Ada yang khawatir, website overload, laman mirror universitas mana saja dibuka, toh hasilnya sama. Jeng... jeng...! Tangis haru, tangis sedih, tangis bahagia, tangis kecewa, tumpah ruah pada menit yang sama. Aku hanya ikut berharap cemas, menunggu kabar baik dari teman-teman. “Gimana?”
Ada yang belum membaca pesanku.
Ada yang membalas tapi aku salah orang.
Responnya beragam, satu di antaranya yang kusuruh cepat-cepat buka pengumuman di laman Universitas Andalas, dapat kabar baik, meski bukan yang sangat diinginkannya. Teknik Sipil Universitas Diponegoro. Padahal, pilihan satunya di FTSL ITB, pakai jas almamater yang sama denganku. Kecewa nggak dia? Lebih tepatnya, bingung, soal ongkos untuk pergi ke Semarang, meski tidak begitu jauh, tetap saja perantauan jadi kata yang tepat.
Ada yang diterima disini, disana. BBM, LINE, aku cek satu-satu, satu dua membuatku tersenyum bangga, lainnya membuatku terharu. Allah Maha Baik, sungguh Allah Maha Baik. Aku sempat kewalahan pada diriku sendiri, takut salah ucap, salah ketik, takut menyayat hati teman-teman yang baru saja mendapat ucapan “Jangan putus asa dan tetap semangat!”, tapi aku berusaha sebisaku, menyemangati meski tidak banyak membantu, selain kekuatan perasaan.
Dan doa.
Seandainya, kalau memang, jika ada, yang hatinya terluka karena apa yang kulakukan, maaf, bukan bermaksud demikian. Bohong kalau ada yang bilang aku mengerti kalian, karena sepenuhnya aku nggak mengalami hal tersebut. Aku tidak bisa merasakan bagaimana perihnya rasa sakit belum selesai pada perhentian ini, tapi aku selalu berusaha pada diriku bahwa aku akan menjaga perasaan teman-teman semampuku. InsyaAllah...
Kawan, Allah Maha Baik, rencana dan skenario-Nya akan sangat teramat baik untuk kalian. Kita nggak pernah tahu jalan ke depan akan seperti apa wujudnya. Bukan nggak mungkin, Dia sudah memilihkan jalur-jalur kebaikan lain untuk teman-teman yang masih harus berjuang amat sangat keras ke depan. Jangan pernah hilang kepercayaan pada-Nya ya, masih banyak jalan yang bisa ditempuh.
Pengumuman kelulusan dari perjuangan tingkat nasional baru saja selesai, menyisakan satu dua pengumuman untuk beberapa perjuangan lainnya lagi. Aku, cuma bisa menyimak sampai sejauh ini, beruntung sejak awal, Alhamdulillah.
source |
Sejak 31 Mei, di saat aku sudah “cukup lega” dengan perhentian atas nama undangan, di saat yang sama ada ratusan ribu teman-temanku, kawan yang perjuangannya lebih hebat bertempur atas nama ujian tes tulis. Kalau boleh jujur, aku saja merasa ragu dan takut, tidak percaya diri aku akan bisa, tapi teman-temanku bisa. MasyaAllah...
Waktu berlalu, masih ada resah yang timbul tenggelam, dalam hati dan pikiran teman-temanku itu. Takut seandainya hasil tak sesuai dengan kenyataan, meski digaungkan kutipan bahwa keringat yang dikeluarkan sang pekerja akan dibayar sepadan dengan upah yang didapatnya. Bagaimana kalau memang tidak setimpal? Apakah masih kurang banyak keringat yang bercucuran demi hasil yang muncul di layar. “Selamat”.
Dan tibalah akhirnya, 28 Juni, Selasa siang, empat jam menjelang berbuka puasa. Ada yang khawatir, website overload, laman mirror universitas mana saja dibuka, toh hasilnya sama. Jeng... jeng...! Tangis haru, tangis sedih, tangis bahagia, tangis kecewa, tumpah ruah pada menit yang sama. Aku hanya ikut berharap cemas, menunggu kabar baik dari teman-teman. “Gimana?”
Ada yang belum membaca pesanku.
Ada yang membalas tapi aku salah orang.
Responnya beragam, satu di antaranya yang kusuruh cepat-cepat buka pengumuman di laman Universitas Andalas, dapat kabar baik, meski bukan yang sangat diinginkannya. Teknik Sipil Universitas Diponegoro. Padahal, pilihan satunya di FTSL ITB, pakai jas almamater yang sama denganku. Kecewa nggak dia? Lebih tepatnya, bingung, soal ongkos untuk pergi ke Semarang, meski tidak begitu jauh, tetap saja perantauan jadi kata yang tepat.
Ada yang diterima disini, disana. BBM, LINE, aku cek satu-satu, satu dua membuatku tersenyum bangga, lainnya membuatku terharu. Allah Maha Baik, sungguh Allah Maha Baik. Aku sempat kewalahan pada diriku sendiri, takut salah ucap, salah ketik, takut menyayat hati teman-teman yang baru saja mendapat ucapan “Jangan putus asa dan tetap semangat!”, tapi aku berusaha sebisaku, menyemangati meski tidak banyak membantu, selain kekuatan perasaan.
Dan doa.
Seandainya, kalau memang, jika ada, yang hatinya terluka karena apa yang kulakukan, maaf, bukan bermaksud demikian. Bohong kalau ada yang bilang aku mengerti kalian, karena sepenuhnya aku nggak mengalami hal tersebut. Aku tidak bisa merasakan bagaimana perihnya rasa sakit belum selesai pada perhentian ini, tapi aku selalu berusaha pada diriku bahwa aku akan menjaga perasaan teman-teman semampuku. InsyaAllah...
Kawan, Allah Maha Baik, rencana dan skenario-Nya akan sangat teramat baik untuk kalian. Kita nggak pernah tahu jalan ke depan akan seperti apa wujudnya. Bukan nggak mungkin, Dia sudah memilihkan jalur-jalur kebaikan lain untuk teman-teman yang masih harus berjuang amat sangat keras ke depan. Jangan pernah hilang kepercayaan pada-Nya ya, masih banyak jalan yang bisa ditempuh.
selamat :)
ReplyDeletemasuk itb? jurusan apa?
Alhamdulillah Tante, SITH Sains ITB hehe 😊
DeleteJangan menyerah. Intinya dont give up. Tosss. Btw selamat yaaaa.
ReplyDeleteYash, setuju, cepet nyerah berasa hidup cuma bernapas aja, hehe.
DeleteAlhamdulillah... amin, makasih Mbak :)
Baca tulisan ini, membuat hatiku "byar" tenang. Bahwasannya usaha dan berdoa pasti akan terkabul. Makasih, mbak :)
ReplyDeleteAlhamdulillah, makasih Mbak, semoga selalu dalam jalan kebaikan ya :)
Deletewah keren... semoga lancar ya
ReplyDeletesukses dan semangat
Terima kasih Mbak Avy :) Amin, InsyaAllah ^^
Deletesemangkaaa!!! ;)
ReplyDeleteKerren...
ReplyDeleteBerbakat icha jdi penulis...
Selamat Dan semangatttt..
Salam kasadaya Na.. Big hug
Kerren...
ReplyDeleteBerbakat icha jdi penulis...
Selamat Dan semangatttt..
Salam kasadaya Na.. Big hug
Duuh, dikomen Teteh, Alhamdulillah... baru nulis blog kok, hehe.
DeleteSalam balik :')
aku jd inget jaman mw kuliah dulu baca ini :).. nungu pengumuman yg bikin ag dig dug, lalu kmudian legaaa bgt stlh tau lolos di mana :)
ReplyDeleteAlhamdulillah ya Mbak, jadi dibikin throwback nih, hehe...
DeleteMasya Allah Alhamdulillaj.. selamat ya ^^ welcome bandung!
ReplyDeleteMasya Allah Alhamdulillaj.. selamat ya ^^ welcome bandung!
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Shona :')
Delete