Kita nggak pernah tahu apa yang terjadi besok dan lusa saat kita sendiri masih menjalani waktu di hari ini. Dan itulah yang terjadi, nggak pernah terpikir bagiku seseorang yang dulu dianggap sebagai musuh teralay sepanjang sejarah, bisa jadi teman sekolah, teman dekat, bahkan teman baik.
Aku mengenal Muhammad Wifqi Abdul Rashed untuk pertama kalinya dari sebuah perlombaan yang menurutku jurinya nggak adil karena terlalu memihak tim dia. Malah, perkenalan kami seringnya berlanjut di facebook, perkenalan yang sama sekali nggak keren dan kayaknya cuma bisa diketawain aku dan Wifqi, bwahaha..
Musuh yang selama dua tahun cuma bisa bergelut di dunia maya, dan akhirnya dipertemukan di kelas 10 SMA yang sama, X MIIA 4. Aku nggak pernah membayangkan apalagi mengharapkan bakal sekelas sama doi, nggak ada sama sekali. Tapi, setahun sekelas bersama-sama itu menyenangkan, ada hal-hal lain yang kemudian aku tahu dari Wifqi selain tingkat kealayannya yang superganas *ditendang sampai ke Burj Khalifa*.
Sejauh ini, aku kenal Wifqi baru sekitar 4 tahun, dan kemudian kelas kami dipisah karena beda peminatan, aku masuk MIIA-Ekonomi, dia MIIA-Sosiologi. Dan sejauh itu pula aku pernah menjadikannya gebetan ada banyak mimpi-mimpi Wifqi yang owsom dan keren banget. Aku nggak nanya dia tentang mimpinya sih, karena buat apa kalau aku sendiri tahu mimpinya? *uhuk
Wifqi itu... bukan tipe pemimpi kayak aku, but he do what he want. Banyak hal yang mungkin bukan mimpinya tapi bisa ia raih dengan mudah, ya contohnya ikut berbagai lomba Matematika yang sebenarnya bukan mimpi dia tapi karena kemampuannya dalam bidang yang satu ini memang patut diacungi jempol, maka dia lakukan itu demi menapaki langkah menuju mimpinya.
Wifqi juga bukan tipe pemimpian alias KM yang otoriter dan egois, toh sebenarnya dia dipilih anak-anak sekelas karena merasa bahwa ia mampu dipercayai jadi seorang kepala suku. Dan itu yang membuatku salut, bukan saja tanggung jawab dan tugasnya yang memang jadi Ketua Kelas, tapi menurutku tingkah lakunya menunjukkan bahwa dia bisa jadi seorang pemimpin. He’s a good boy, anyway.
Aku juga belum banyak tahu soal latar belakang keluarganya—karena merasa belum saatnya; eh bukan ding... karena aku menganut sistem pertemanan yang ‘jalani aja dulu, kenal keluarganya belakangan’. Dan itulah yang aku sesalkan, baru saat diberi pertanyaan untuk post ini, aku jadi ngeh kalau his mother is a single parent, no... single fighter. Dia nggak sangsi untuk mengakuinya, bahkan di depan temen ceweknya sendiri. Whooaaa... a really gentleman, yang bisa-bisanya mengiyakan hal tersebut tanpa ada rasa marah atau sensitif sedikit pun.
“Saya bangga mempunyai ibu yang sangat hebat karena dia sudah menjadi ayah juga bagi saya”, akunya beberapa waktu lalu. Entah kenapa, aku yang merasa salah sama diriku sendiri mengajukan pertanyaan yang bahkan jawabannya udah aku tahu sebelumnya. Tapi, yang namanya pertanyaan harus selalu ada jawabnya kan? Aku takut salah kalau tiba-tiba hal tersebut bukan yang sebenarnya.
Serius, dalam beberapa waktu kadang aku mengagumi Wifqi, bukan sebagai 'boyfriend', tapi sebagai sesama teman dan juga kakak. Dia bisa tetap menjalani hidup sebaik yang ia bisa walau berada dalam keluarga yang demikian. Coba aja bayangkan kalau aku, aku nggak akan sanggup jalani hari tanpa Mama yang cerewet dan Abah yang bawel. Geez!
Mimpinya banyak, dan banyak juga mimpi-mimpi kecilnya yang sekarang sudah terwujud. Dia memang bukan tipe pemimpi seperti aku *emangnya Acipa tipe pemimpi kek gimana?*. Sebagai teman, nggak banyak hal yang bisa aku lakukan selain mendukung dan mendoakannya supaya mimpi, harapan, dan keinginannya bisa terwujud, apalagi kuyakin mimpinya untuk membanggakan sang Mama dan melindungi seorang wanita yang sangat berharga dan wajib dijaganya. Siapapun wanitanya kelak, she’s a lucky girl!
Kalau mengingat empat tahun lalu dimana garis hidup kami mulai bertemu di titik yang sama, aku hanya bisa menertawakan diri sendiri. Hal-hal aneh yang rasanya nggak bisa dipercaya itu malah jadi kenangan yang unforgetable moment banget bareng Wifqi. Aku yakin Wifqi bakal baca ini, "jadi Wif... kalau suatu saat mimpi kamu banyak tercapai, jangan lupa kasih tahu aku ya. Mungkin aku nggak banyak andil dalam mimpi-mimpi itu, tapi kuyakin satu dua kali kita bisa bermimpi bersama".
Terimakasih sudah menganggap Acipa teman yang pintar, baik, bawel, dan gila saking banyaknya teriak di kelas. Semoga mimpi kita memecahkan teka-teki siapa yang lebih dulu antara Nabi Adam dan manusia purba juga bisa tercapai ^_^
by.asysyifaahs♥
Waa keren banget temenmu itu, ya! Aku juga suka merasa sih ya kagum sama temen laki-laki, tapi bukan sebagai pacar. Karena rasa kagumnya itu beda. Rasa kagum ke teman laki-laki ini kayak bangga, gitu ya. :')
ReplyDeleteCip liat ke sini ya, aku kasih kamu award! :p
http://shaacchan.blogspot.com/2015/01/2nd-liebster-award.html
Yap, cuma kadang aku suka nggak enak sendiri sama pacarnya yang jadi teman sekelasku. Semoga dia ngerti deh ^^
DeleteEh, aku sering dapat Liebster nih, oke... semoga bisa ya Teh :D