Mungkin, beberapa di antara kalian pernah mendengar nama Andri Rizki Putra? Yap, seorang anak muda yang tidak saja tampan rupawan bak artis Korea (abaikan yang ini) tapi juga punya semangat hidup dan gagasan kreatif yang bisa bermanfaat bagi orang banyak. Iya, dialah Kak Rizki yang selama ini (mungkin) pernah kalian saksikan kehadirannya dalam berbagai acara talkshow di televisi, tontonan berita, atau media massa lainnya.
Awal aku mengetahui Kak Rizki adalah dari salah satu tautan yang masuk di beranda Facebook. Waktu itu—sekadar mengistirahatkan waktu dengan scroll timeline atas-bawah *yah, namanya juga jomblo sih ya*—aku penasaran dengan tautan yang kalau nggak salah dari Kak Lusi. Lupa bagaimana kalimatnya, tapi intinya saat itu aku penasaran. Akhirnya, saat diarahkan masuk ke halaman Kaskus, dan membaca sedikit latar belakang profil Kak Rizki, reaksi pertamaku adalah WOW, INI ORANG KEREN BANGET... dan langsung cari akun sosial media yang dia punya *siapa tau kan ya bisa dapat followback dan tanya-tanya lebih intens, selagi belum terlalu terkenal kayak sekarang*. Ehh... pucuk dicinta ulam pun tiba, benar saja ada nama akun twitter dan email yang saat itu ditulis di thread-nya. Pokoknya, siapapun yang nulis dan punya thread tersebut, terimakasih... keinginan hati dapat akun Kak Rizki ternyata ada, haha...
Mengetahui perjuangan hebat di balik kesuksesannya ini, aku merasa takjub. Dulu, Kak Rizki yang menentang keras dengan adanya sistem tidak jujur di sekolahnya hanya karena agar si murid mendapat nilai tinggi, membuat kepercayaannya terhadap sekolah formal luntur. Bagaimana mungkin sekolah yang dia anggap sebagai sumber ilmu dan unggulan saat itu, menjadikan cara tersebut sebagai jalan untuk meraih prestasi nilai tertinggi. Bukankah sekolah adalah juga sebagai tempat pembentukan karakter seseorang—salah satunya jujur?
Memasuki masa SMA, tekadnya menurutku bisa dibilang nekat dan apa dia nggak mikir ke depannya ya? Gimana kalau saat dia keluar sekolah, dia malah malas dan nggak mikir tujuannya apa. Tapi, Tuhan memang sudah berencana, dengan kurikulum yang Kak Rizki susun sendiri, pelajari sendiri, dan ia pahami sendiri, hanya dalam beberapa bulan saja ia bisa mengikuti ujian persamaan paket C dan lolos sebagai mahasiswa di FHUI. Wow! FH broh... Fakultas Hukum, yang katanya ujian masuknya bakal sesusah menembus dinding hati si doi yang nggak bisa dibuka-buka *abaikan analogi seperti ini*.
Dan, benar saja. Selain masuk FHUI dengan jalur “yang tidak biasa”, Kak Rizki juga membuktikan bahwa ia mampu belajar disana dengan baik. Alhasil, ia bisa lulus dengan lebih cepat dibanding mahasiswa lain abadi yang terlalu mencintai kampusnya itu dan... mendapat predikat mahasiswa terbaik dengan dirahinya gelar cum laude. Oh man, please... cowok ganteng kayak gini, yang dulunya nekat keluar sekolah, yang nentang keras banget ketidakjujuran sistem sekolah di Indonesia, yang akhirnya memilih caranya sendiri, bisa lulus kuliah dengan cara yang superb keren ini, dan sekarang... jadi founder sebuah yayasan pendidikan untuk mereka-mereka yang membutuhkan. Kurang keren apa buat dijadiin menantu sama Mamah/Ibu/Bunda/Umi? Haghaghag...
Apa yang dilakukan Kak Rizki mungkin nggak akan pernah terpikir di benak kita. Lagian, mungkin kita nggak bakal berani ngambil keputusan sejauh itu—itu sih aku ya—untuk bisa sampai keluar SMA. Mungkin, pernah di antara kita juga mengalami hal yang sama, saat sekolah menghalalkan “cara tersebut” agar selain nilai muridnya tinggi dan lulus ujian, juga pencitraan tentang sekolah tersebut baik di kalangan masyarakat—bahwa, oh iya, sekolah anu bisa menjadikan muridnya mendapat nilai yang memuaskan. Tapi..., Kak Rizki lain, sampai kapan sih ketidakjujuran ini terus-menerus mengakar di Indonesia—khususnya pendidikan?
Aku juga pasti nggak akan pernah berani keluar SMA, karena apa? Karena aku belum punya keberanian yang sebesar yang Kak Rizki punya. Toh, sekolahku juga masih dikatakan sangat baik untuk melakukan hal-hal kotor semacam tersebut, terkecuali siswa-siswanya sendiri yang memang pastinya punya sifat dan perilaku yang berbeda satu sama lainnya.
Dari Kak Rizki aku belajar, bahwa siapapun kita, dari mana pun kita berasal, kita punya hak untuk menyatakan pendapat dan menjadi berbeda dengan orang lain. Karena figur yang dibutuhkan dunia saat ini bukanlah mereka yang berpengetahuan luas atau memiliki ide cemerlang, itu terlalu mainstream. Namun mereka yang dapat merealisasikan pengetahuan dan idenya menjadi nyata, diimplementasikan, dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. –Andri Rizki Putra, Orang Jujur Tidak Sekolah
by.asysyifaahs♥
Post a Comment
Thanks for coming. I am glad you have reading this so far.
♥, acipa