Narsis Demi Tongsis

Kali ini ingin sedikit berbagi kenarsisan sekaligus memeriahkan salah satu kompetisi yang diadakan sama salah satu blogger, Ko Claude C Kenni.

Ini foto selfie aku, eh bukan deh

Serius, yang di atas baru saja itu bukan aku, tapi Asyifa dalam beberapa tahun mendatang, hehe.

Ini baru Asyifa

Sebagai seorang pelajar SMA kekinian, akan aneh rasanya kalau aku nggak merasakan menjadi seorang yang terkena virus narsisme. Narsis sendiri sebenarnya sudah jadi bagian jati diri aku, baik sebagai remaja muda maupun pelajar SMA.

Tapi, kalau boleh dibilang ada yang lebih spesial dari itu, melebihi rasa kenarsisan yang umum dimiliki banyak orang, yakni megalomania. Setingkat lebih atas daripada narsis. Dan aku memilikinya.

Gejala sifat megalomania yang aku alami adalah salah satunya dengan selfie. Setiap hal, setiap momen, dan setiap peristiwa itu wajib dikenang, dan selfie adalah cara paling terbaik, the one and only, the bestest ever buat kita yang nggak ingin dengan mudahnya suatu peristiwa berlalu begitu saja. Dengan selfie, kita bisa mengabadikan banyak hal dengan asyik, seru, dan menyenangkan.

Pernah saat pertama kali masuk SMA dan kenal dengan teman satu kelas baru, X MIIA 4, kami ber-selfie ria for the first time ever. Selanjutnya, hari demi hari, nggak akan terlewatkan dengan yang namanya selfie. Selain belajar pelajaran-pelajaran ~~yang belum tentu bikin kita masuk surga itu~~, kami selalu selfie, TIADA HARI TANPA SELFIE. Walau aku bukan satu-satunya yang paling sering ber-selfie, tapi bersyukur karena ada di antara teman sekelas yang punya handphone keren yang paling mendukung banget untuk selfie, smartphone dengan front camera ditambah Camera360 dengan filter terbaik.

Apa yang membuat aku spesial adalah karena teman-temanku juga. Karena mereka, aku jadi lebih percaya diri untuk menghadap kamera dan menjepretnya. Kadang, banyak waktu, aku sering pesimis dengan hasil jepretan kameraku. Kenapa? Pertama, karena smartphone-ku memang nggak ada front camera-nya. Kedua, karena aku sering nggak dapat angle yang pas untuk selfie sendiri. Ketiga, karena nggak ada perangkat yang membantu dalam menunjang sifat megalomania aku ini, apa lagi kalau bukan tongsis (tongkat narsis), tomsis (tombol narsis), sampai lensa semacam fisheye ataupun lomo. Jadilah, kalaupun selfie ya seadanya, tapi kalau jujur sih aku lebih suka selfie keroyokan, bareng temen-temen, paling nggak satu orang teman sudah lumayan cukup untukku bisa selfie dengan percaya diri sekaligus menaikkan kadar megalomania aku ini.

Walaupun demikian, hal ini tentunya nggak bisa dianggap freak begitu saja. Narsis adalah anugerah dari Tuhan yang sepertinya diturunkan kepada setiap insan di dunia ini. Riset membuktikan bahwa nggak ada satu pun orang yang nggak narsis, paling nggak cara dia bergaya dan menata penampilannya adalah salah satu kenarsisan yang diakui atau tidak dan disadari atau tidak, bahwa semua orang pasti narsis.

Narsisnya tiap orang beda-beda, ada yang sederhana, ada yang berlebih-lebihan, makanya itulah yang membedakan tingkat kenarsisan setiap orang. Tapi bagaimanapun, kita harus tetap mensyukuri narsis yang Tuhan berikan ini. Aku percaya bahwa diri aku, kamu, kalian, dan mereka semua juga narsis, tinggal kita bersyukur aja atas apa yang telah Tuhan berikan ini. Menurutku, tanpa narsis nggak mungkin kita bisa berekspresi dan mengekspresikan perasaan, kemampuan, dan bakat kita yang pastinya luar biasa. Jadi, jadilah orang narsis yang senarsis-narsisnya ya!