Dear Nurulku tersayang...
Kamu apa kabarnya disana? Baik-baik aja 'kan? Semoga kamu tenang dan senang disana, aku tau kamu udah ada di tempat terbaik di sisi-Nya. Aku juga baik kok, walau mungkin tidak lebih baik untuk tahun kedua tanpa ada kamu.
Ung, masih ingat nggak kapan pertama kali kita kenalan? Iya, waktu kelas 7, waktu itu kamu minta untuk duduk bareng aku, manis banget perkenalan kita ya :') Semenjak itu, kamulah orang pertama yang jadi teman sekaligus sahabat aku di SMP.
Di hari-hari berikutnya, kamu masih tetap kamu, dengan senyum manis dan wajah yang sama cantiknya. Aku nggak pernah iri untuk itu, karena dengan berteman dengan kamu aja bisa bikin orang lain iri dan cemburu sama aku, berteman dengan orang yang cantik, baik, dan manis. Itu kamu~
Sejak SMP, kita banyak berbagi cerita ya, apa aja yang bisa diceritain, tentang SD kamu, pacar-pacar kamu, teman kamu, dan cerita-cerita aku yang juga selalu jadi bahan obrolan di waktu senggang sekolah kita.
Kamu tau nggak kapan aku ngerasa nyaman saat cerita sama seseorang? Iya, itu sejak ada kamu, sejak kamu jadi teman sekelas, dan sejak kamu jadi sahabat terbaik aku. Mungkin, aku lupa atau bahkan nggak pernah bilang kalau kamu itu sahabat terbaik aku. Iya, tapi kamu tahu hal ini kan? Itu kamu~
Ung..., kamu orang yang dengan mudah untuk bergaul dengan siapa aja. Aku tau untuk hal ini keseharian kita beda, sangat beda. Aku yang terlalu penutup bahkan terlalu pilah-pilih teman, beda sama kamu yang bisa akrab sama siapa aja. Awalnya, aku kadang iri, kok kamu bisa sih, dan kok aku nggak bisa sih?
Minggu-minggu berikutnya, kadang sering banget ada tugas yang harus diselesaikan dengan kerja kelompok, sayang kita jarang sekelompok bareng ya. Dan sayangnya lagi, aku nggak pernah dan bahkan belum pernah datang ke rumah kamu (rumah yang disini dan disana). Kapan sih aku bisa Ung?
Oh iya, kamu masih inget nggak kalau dulu, sewaktu kelas 7 SMP, kita juga suka foto bareng? Err... maksudku mainin HP untuk foto-foto di kelas. Masih inget 'kan kalau di SMP sebenarnya HP nggak boleh dimainin, tapi kita malah ngelanggarnya? Hihi... konyol!
Entah disadari atau tidak, nggak banyak momen di kelas 7 SMP yang aku jalanin bareng kamu, entah itu sekedar foto bareng, kerja kelompok bareng, apalagi jalan-jalan bareng. Kamu bisa aja dengan bebasnya main ke banyak tempat bareng temen-temen kamu yang lain, sedangkan aku? :(
Naik kelas 8, kamu mutusin buat pindah sekolah, ke Banjarmasin. Tempat dimana aku juga pernah tinggal disana, tempat yang dengan seringnya aku bangga-banggain ke kamu, dan tempat dimana kamu bakal tetap di Banjarmasin -selamanya.
Awalnya, aku seneng-seneng aja, setidaknya mengobati kerinduan tinggal disana enam tahun sebelumnya, dan mungkin asyik juga saat kamu yang gantian cerita tentang keadaan Banjarmasin, kita bisa saling untuk sama-sama cerita bareng.
Bulan-bulan berikutnya, hampir aja kita nggak pernah komunikasi selain lewat facebook. Aku terlalu sibuk untuk sekedar tanya-tanya gimana kabar kamu, seberapa kerasannya kamu disana, dan adakah sahabat yang kayak aku?
Entah kapan, tapi tiba-tiba kamu telepon aku, sekedar cerita gimana kondisi kamu sekarang (read: saat itu), ternyata tinggal di Banjarmasin itu lebih asyik daripada di Cihampelas ya? Hmm... Aku bisa aja setuju. Adalagi, kamu ceritain tentang teman baru kamu, namanya Elsa, katanya dia baik ya? Hmm... Aku cemburu lho, nggak mau predikat sahabat punyaku jadi punyanya Elsa.
Waktu berlalu, aku makin sibuk dan hampir lupa. Tiba-tiba, satu berita datang, Karina -teman kita- bilang ada sesuatu yang terjadi sama kamu, kamu kecelakaan, dan koma di rumah sakit. Ung, beneran 'kan ini cuma becanda?
Padahal, 23 Februari 2012, dua hari sebelum berita dari Karina ini, umur kamu nambah satu, jadi 14. Masa iya sih? Atau jangan-jangan, ini cuma becanda?
Nggak, nggak mungkin. Nggak mungkin kayak gini. Aku nggak percaya kalau kamu udah bener-bener diambil lagi haknya sama Dia. Kamu kembali kepada-Nya sebelum aku ketemu kamu di Banjarmasin, kamu kembali sama Dia sebelum aku bener-bener tunaiin janji aku buat ikut pindah juga ke Banjarmasin, kenapa Ung?
Rasanya berat banget, berat ngelepasin kamu, aku nggak ikhlas saat itu. Kamu pergi sebelum aku jumpa lagi sama kamu, dan kamu pergi gitu aja tanpa ada perpisahan sama sekali buat aku :'(
1 Maret, 5 hari setelah ulang tahun kamu yang ke 14. Kamu bener-bener kembali sama Allah, kembali untuk selamanya dan nggak bakal ketemu aku kecuali saat yang udah ditentukan nanti. Rasanya... sedih banget.
Secepat itukah? Aku cuma kenal kamu setahun aja, dan itu nggak cukup buat aku bisa relain kamu pergi. Andaikan bisa dikasih kesempatan, aku pengen ngerasain momen-momen bareng lagi, aku kangen Ung.
Beberapa hari setelahnya, aku masih sedih. Sahabat macam apa aku ini yang nggak ada di saat sahabatnya pergi? Sahabat macam apa aku ini yang nggak ziarah ke makam sahabatnya? Aku bukan sahabat terbaik kamu, Ung :(
23 Februari 2013, aku bukan orang pertama yang ngucapin selamat ulang tahun ke kamu. Kecewa? Ya. Tapi aku yakin, akulah orang yang pertama yang lagi kamu perhatikan saat itu. Itu kamu~
Dan setahun setelah itu, hari ini, 23 Februari 2014, yang seharusnya umur kamu bertambah 1, 16 tahun, kamu ulang tahun Ung. Kamu tambah umur, Cantik, apa kabarnya kamu saat ini? Masihkah kamu perhatikan aku di kejauhan sana? Kamu lagi ngapain disana? Aku kangen, kangen banget sama kamu. Kapan ya aku bisa nyusul kesana juga?
Hari ini, kamu akan tetap mengulang tahun kamu, masih 14. Ah, bahkan semakin tua aku, kamu masih tetap anak 14 tahun. Aku hanya berharap sama Allah biar kamu tenang disana, jaga baik-baik ya, suatu saat kita pasti bisa bersua lagi di tempat-Nya yang luar biasa indahnya. Kamu jangan kemana-mana, tunggu aku aja, tunggu aku biar bisa nyusul kamu.
Ung, andai kamu bisa baca surat ini, aku pasti seneng banget. Apalagi, kalau kamu bisa balas walau cuma dengan senyum dari kejauhan sana, aku lebih seneng.
Allah memang Maha Baik ya, Allah nakdirin aku buat kenal dan tahu siapa kamu, Allah nakdirin semuanya dengan baik. Andai kalau bukan kamu, mungkin ceritanya bakal lain. Andai seorang Nurul Febrianti waktu itu nggak minta buat sebangku bareng, mungkin nggak bakal ada cerita ini. Andai seorang Nurul Febrianti nggak sekelas apalagi satu sekolah, mungkin aku nggak bakal kenal kamu.
Makasih ya, selama waktu yang kamu kasih buat aku waktu itu. Aku nggak tahu harus gimana, maaf banget belum bisa datang dan main ke rumah kamu yang disana, mungkin belum dikasih kesempatan sama Allah. Aku janji, kalau Allah kasih aku kesempatan untuk ke Banjarmasin, aku bakal ziarah ke rumah kamu, tunggu aku ya Ung :')
Selamat mengulang tahun yang ke-14, Nurul. Tetaplah jadi cahaya Februari yang tetap berkilau dan bersinar tapi tidak menyilaukan mata hingga membuat orang buta. Selamanya, aku bakal kangen dan rindu sama kamu, tunggu aku suatu saat nanti ya :)
Salam,
...dari seorang sahabat yang kamu tunggu untuk datang
Sedih bacanya :")
ReplyDeleteDisana, Nurul pasti bangga dan senang punya sahabat kayak kamu yang selalu ingat sama dia. Walaupun cuma setahun, gue yakin itu waktu yang sangat berharga buat kalian berdua :)
Berharga banget, dan itu waktu yang terlalu sedikit :(
DeleteAku juga pernah, Dek, punya sahabat deket dan ternyata dia ninggalin aku duluan. Rasanya semacam sedih yang banget-banget gitu. Rasanya pengen ngulang yang dulu-dulu waktu aku sok sibuk sendiri. Waktu marahan ngga penting. Saling ngambek alay. Duh, jadi keinget hehehe
ReplyDeleteSelamat ulang tahun juga, Ung :))
Iya Kak, mungkin dia lagi merhatiin aku sekarang, rasanya pengen di dimensi yang sama juga.
DeleteSelamat ulang tahun Ung :") semoga dapat tempat terbaik di sisi-Nya
ReplyDeleteAmin... Makasih doanya Kak :))
Delete