Hoi,
lagi pengen ikutan sesuatu nih. Yap, kebetulan di temlen lagi ada yang lewat
bawain kurma, eh tweet maksudnya,
tentang gitu deh :P Yaudahlah, ikutan aja deh...
Jadi
nih, ada acara Make Way for #EverlastingLove Giveaway, tadinya nggak jadi ikut
karena pertanyaan dikhususkan buat yang udah punya anak. Jadinya, mengundurkan
diri karena memang nggak sesuai, tapi... setelah dicek ulang ternyata ada juga
buat yang belum punya anak belum kawin belum punya pacar dan belum 17
tahun, lagipula buku #EverlastingLove ini bisa dibaca semua umur kok :P
Oke,
mari bercerita tentang pertanyaan yang dilayangkan.
Cerita tentang bagaimana dulu ortumu bekerjasama saat membesarkanmu.
Pada
zaman dahulu kala, eh nggak sedulu itu deng :P Waktu pertama kali aku lahir,
sebagai anak pertama, Mamah dan Abah –panggilan yang senantiasa menyenangkan,
bukan Abah dukun, bukan–, keadaan ekonomi keluarga nggak sebaik sekarang. Kata
Mamah, keluarga kecil kami dulu itu lumayan kurang, Abah masih cari kerja
kemana-mana, dan belum nemu yang pas sesuai dengan kemampuan dan kemauan.
Syifa
kecil yang biasa dipanggil Icha, dulunya ini diasuh dengan kasih sayang
orangtua yang bener-bener tulus dan ikhlas banget. Walau masih kekurangan dan
tinggal di rumah nenek, tapi ia dibesarkan dengan cinta dua orang tua yang luar
biasa. Mamah adalah orang yang benar-benar mempertaruhkan sebagian waktunya
untuk Icha, bahkan pernah Mamah nggak bisa tidur semalaman karena terus ngasuh
Icha biar bisa tidur nyenyak *abisnya bandel sih, nangis mulu*.
Hidup di kampung yang waktu itu masih jauh dari kota besar dan masih sedikit
warung-warung dagang, akhirnya Mamah memutuskan untuk memanfaatkan alam dan
sekitarnya untuk dijadikan bahan makanan.
Kalau
balita kecil dikasih minum susu formula, Mamah dengan sabar dan ikhlasnya
memberikan air susu untuk kebutuhan gizi Icha. Kadang, kalau ASI nya lagi nggak
ada, Mamah ganti jadi campuran air sama sakarin, yang mungkin dulu masih
boleh-boleh aja dipakai.
Kalau
balita lain dikasih asupan makanan dengan bubur dan semacamnya, Mamah akan
senantiasa memberikan porsi nasinya yang kemudian diemut lalu disuapi ke Icha
kecil. Nggak hanya itu, kadang kalau Icha sakit, dan Mamah lagi nggak punya
uang untuk beli obat, bahan-bahan dari alam lah yang menyediakan. Misal pas
lagi ada luka, daun babadotan lah
yang jadi obatnya. Demam panas, dikompres dengan bawang merah yang dihaluskan,
katanya biar panasnya pindah ke bawangnya.
Di saat tumbuh jadi anak kecil, banyak mereka yang bisa
makan enak. Dulu, daging ayam goreng adalah makanan yang sangat istimewa bagi
keluarga kami, dan Mamah lebih rela lagi ngasihin sepotong daging ayam itu buat
Icha, demi anaknya. Icha kecil nggak banyak bisa makan-makanan mewah, bahkan dengan
ikan asin, sambel terasI, dan nasi hangat yang disuapi Mamah aja udah kerasa
istimewa dan mewahnya. Terus juga, biar kalau gede, anaknya suka sambel,
nyatanya memang suka tanpa pernah sakit perut yang kewalahan banget.
Abah juga ikut berperan, di saat Mamah capek, Abah berusaha
untuk menggantikan tugas Mamah. Gendong Icha, sampai bikin dia tidur nyenyak
dan nggak nangis lagi. Di saat Abah nggak lagi cari kerja, dia akan lebih sibuk
untuk nyuci dan membersihkan rumah karena menggantikan tugas Mamah yang lebih
berat.
Memasuki usia SD, kesibukan lebih bertambah lagi. Mamah dan
Abah adalah guru yang benar-benar luar biasa mengajarkan pelajaran, nggak hanya
pelajaran sekolah, juga pelajaran tentang arti hidup dan kehidupannya. Kalau
Icha nggak ngerti dan nangis karena nilai yang didapat kecil, Mamah dan Abah
dengan siapnya memberikan semangat dan motivasi yang luar biasa.
Alhamdulillah nya, tahun 2006, Abah dapat pekerjaan tetap.
Sejak saat itulah, keadaan keluarga kami mengalami perubahan. Walaupun masih
banyak kebutuhan-kebutuhan yang masih kurang karena lebih mengutamakan kebutuhan
Icha, Mamah dan Abah akan mengalah untuk itu. Bahkan rela puasa agar anaknya
bisa kenyang tanpa harus kelaparan.
Adik baru Syifa lahir, menambah tanggung jawab dan amanah
Mamah dan Abah untuk menjaga dua buah hatinya. Selama ini, Syifa tahu, mereka
berdua bersusah payah untuk terus menjaga Syifa, udah banyak banget kebutuhan
Syifa yang mereka berikan, nggak hanya berupa barang dan benda fisik lainnya,
tapi lebih dari itu, waktu, tenaga, cinta, dan kasih sayang yang setiap anak
butuhkan, Mamah dan Abah akan memberinya dengan tulus, ikhlas, dan ridha.
Selama ini juga, jujur, Syifa belum bisa banyak banggain
mereka berdua, belum bisa berbakti sama mereka berdua, belum bisa ngasih apa
yang mereka inginkan, lebih banyak menjengkelkan, lebih banyak menyebalkan, dan
lebih banyak memusingkan mereka sampai Mamah pernah jatuh sakit hanya karena
khawatir mikirin Syifa yang pulang sekolah lebih dari jam 4. Abah pun demikian,
bahkan hampir melupakan kerjanya hanya gara-gara ikut khawatir anak
perempuannya takut diapa-apain.
Mamah, Abah, maafin Icha ya kalau selama ini belum bisa buat
apa-apa, belum bisa ngasih yang terbaik untuk kalian berdua. Hanya doa yang
baru bisa Icha kasih selama ini. Buat Mamah, selamat tambah umur ya untuk 6
Januari kemarin, tetaplah jadi Mamah yang selalu marah akan anaknya kalau lagi
nggak nurut. Terimakasih, aku sayang Mamah dan Abah karena Allah :) 😊 ❤❤❤❤
Post a Comment
Thanks for coming. I am glad you have reading this so far.
♥, acipa