“Dan janganlah kamu campurkan yang hak
dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu
mengetahui.”
(QS Al-Baqarah [2] : 42)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip Imam Qatadah, “Jangan campurkan antara ajaran Yahudi dan
Nasrani dengan ajaran Islam”. Ibnu Abbas
menyampaikan bahwa maksudnya, “Jangan
mencampurkan hak dengan batil, serta kebohongan dengan kebenaran”.
Ibnu Katsir juga menerangkan, “menyembunyikan kebenaran itu, sangat membahayakan manusia, karena tersesatnya manusia dari petunjuk”. Juga menyampaikan maksud ayat ini adalah, “kebatilan yang kalian campur dengan kebenaran dengan tujuan mudah menyebarluaskannya itu haram”.
Dalam ayat ini Allah melarang 2 hal, yakni mencampur-adukkan yang hak (benar) dan batil (salah) serta menyembunyikan yang benar. Karena tidak jarang Muslim yang mencampurkan hal baik dengan hal buruk, walau tujuannya baik karena sesuatu dan lain alasan. Misalnya, berdakwah (hak) namun supaya ramai dipadu dengan dangdutan (batil). Atau menghormati tetangga/teman (hak) namun dipadu dengan mengucapkan selamat natal (batil), mencintai (hak) namun berkhalwat (batil).
Selain itu, ayat ini juga mengingatkan kita menyampaikan
kebenaran yang ada di dalam Al-Qur’an dan tidak menyembunyikannya. Jangan karena sungkan, tidak enak hati, lalu kebenaran
tidak disampaikan, ini dinamakan dengan menyembunyikan kebenaran. Padahal...,
kebenaran bisa disampaikan dengan cara yang baik, insyaAllah orang lain tidak
akan tersinggung.
Bila kebenaran sudah disampaikan dengan cara baik dan
masih orang tak suka, itu adalah bagian dakwah yang bahkan Rasul pun
merasakannya. Daripada kita tidak
menyampaikan kebenaran hingga yang salah tidak akan sadar dan yang benar akan
ikutan jadi salah, ini bahaya besar.
***
Teman, tidak
menyampaikan kebenaran itu hukumnya haram. Pepatah mengatakan, “sampaikanlah
kebenaran walau itu pahit”. Mungkin, jujur untuk suatu hal terasa berat, ya
Syifa juga pernah merasakannya, tapi demi kebaikan kenapa nggak?
Karena jika
tidak pernah menyampaikannya, orang lain tidak akan pernah paham. Kebenaran,
harus tetap disampaikan, apapun resiko dan konsekuensi yang akan kita terima. Sungguh,
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Maka, tugas
kita adalah mencari momen, cara, sarana, dan waktu yang tepat untuk
menyampaikan yang benar, agar kebenaran lebih mudah diterima. Tapi bukan
berarti harus mencampur-adukkan antara yang benar dan yang salah, apalagi kalau
sampai menyembunyikan yang benar.
Masih ingat kan dengan prinsip perkalian bilangan bulat?
Kok jadi ke Matematika ya? Hehe... Ingat rumus ini?
(+) x (+) = (+)
(+) x (–) = (–)
(–) x (+) = (–)
(–) x (–) = (+)
Dari rumus tersebut, kita bisa menganalogikannya ke sesuatu
yang terjadi sehari-hari. Anggaplah tanda (+) ‘positif’ kita sebut BENAR, dan tanda (-) ‘negatif’ kita
sebut SALAH, jadinya gini nih:
Yang benar, dibenarkan, akan
benar
Yang benar, disalahkan, akan
salah
Yang salah, dibenarkan, akan
salah
Yang salah, disalahkan, akan
benar
Nah kan? Coba deh renungi kembali kalau memang kurang
paham. Semoga Allah senantiasa memudahkan kita menghafal dan mengamalkan
ayat-ayatnya. Amin...
Jadi apapun keadaannya kita dilarang menyembunyikan kebenaran yaah fa ..Hm
ReplyDeleteJadi renungan banget nih,
Kan biasanya yaa gitu, suka 'gak enakkan buat nyampein sesuatu yang kita rasa gak tepat,:))
Iya Kak, apalagi kita tahu kalau seharusnya itu perlu disampaikan.
DeleteMungkin iya nggak enak, takut dijauhin sama orang itu misalnya, tapi kalau dia salah, dan kita biarin, malah kita yang dosa :)