Pernah denger sama yang namanya ‘friendzone’? Atau mungkin pernah ngerasain? Enak nggak sih
ngejalanin friendzone itu?
Mungkin, bagi sebagian orang yang masih awam banget, mereka
nggak tau apa dan bagaimana hukum friendzone
terjadi. Tapi, kalau dilihat secara harfiah (duileh, berasa lagi belajar
sejarah), friendzone berasal dari
kata friend dan zone. Friend berarti
teman, dan zone berarti zona/area.
Berarti kalau diartikan, friendzone
adalah zona teman. Hah? *translate via google, hahahaha xD* Yaaaa, intinya friendzone adalah suatu proses dimana di dalam sebuah pertemanan/persahabatan timbul
perasaan suka atau bahkan cinta yang melebihi dari rasa sayang sebagai seorang
teman/sahabat, dan biasanya ini terjadi diantara salah satunya.
Friendzone ini
juga punya getar-getir ceritanya tersendiri. Kadang, ada friendzone yang berbuah manis, dan seringnya juga yang berbuah
kengenesan. Nah, friendzone yang
berbuah manis adalah ketika salah satu diantara teman tersebut, yang pasti
antar lawan jenis (normalnya), cinta sama si doi. Dan doi pun membalas
rasa tersebut dengan perasaan yang sama pula. Jadi, diantara kedua sahabat itu
saling suka atau saling cinta.
Mmm... Enak sih kalau friendzone
gini, jadinya nggak harus ngerasa takut gimana-gimana. Ya walaupun gitu, jarang
banget ada friendzone jenis ini,
karena biasanya, mereka –para sahabat sejati-ers– bakal tetap mempertahankan
rasa persahabatan di atas segalanya, mereka nggak bakal sampai terjerumus api
percintaan yang kelak bisa ngancurin persahabatan mereka sendiri, secara
internal #tssaaah.
Lalu, apa yang dimaksud dengan friendzone yang berakhir dengan rasa kengenesan? Friendzone jenis ini paling marak banget
terjadi, udah banyak juga kasus friendzone
yang sampai terekspos media #halah. Friendzone
yang berakhir dengan rasa ngenes adalah friendzone
yang nggak kesampean. Alasannya ada 2, yang pertama karena doi yang disukai
oleh friendzone-ers nggak membalas
rasa tersebut dengan alasan doi emang mau sahabatan aja, dan yang kedua
ketakutan berlebih pada diri si friendzone-ers
gegara takut persahabatan hancur berkeping-keping gitu aja.
Oke, mari kita bahas satu persatu dari kedua alasan
tersebut. Yang pertama, nggak ada balasan rasa dari si doski. Kenapa? Bisa jadi
alasannya emang doski nggak mau ada cinta dalam sahabat, cukup jadi sahabat
aja, nggak usah lebih. Toh, kalaupun lebih, mending sang friendzone-ers ini cukup pendem aja dalam hati, siapa tau pikiran
doski berubah nantinya. Hmmm... Tipe friendzone-ers
ini nantinya bakal selalu ngerasa kecewa kalau gitu, bahkan nggak menutup
kemungkinan dia bakalan minta menjauh dari sahabatnya gegara nggak jadian.
Ngenes kan?
Kedua, ketakutan berlebih. Takut sih boleh ya, asal jangan
kelewat paranoid juga. Nah, pada mereka yang friendzone-ers, mereka bakal mikir berkali-kali untuk nyatain
perasaannya ke sahabatnya itu. Bagi mereka, hal ini dirasa perlu dan wajib
banget, biar nggak salah ambil keputusan sehingga mengakibatkan kejadian yang
tidak diinginkan. Mereka bakal mikir apa yang akan terjadi nantinya kalau
sampai berani jujur tentang hatinya. Satu pikiran yang bisa berkelebat adalah
adanya kehancuran dari persahabatan, takut kalau-kalau saat dia bilang, dan doi
nggak nerima hal itu, malah berakibat ke persahabatan mereka.
Persahabatan yang dulu dibangun dari rasa solid sebagai
teman, hancur begitu aja gara-gara rasa cinta yang nggak dipikirin dampaknya.
Hal ini mungkin bisa jadi masalah bagi para friendzone-ers,
mereka selalu takut dan takut. Kalau mereka nyatain, dampaknya ya itu,
mengorbankan persahabatan. Sedangkan, kalau nggak nyatain, mereka bakal
terus-menerus tersiksa akibat perasaannya. Aneh kan?
Memang sih, kelihatannya sepele, boleh aja nyatain perasaan
langsung, tapi kalau bener-bener nggak dipikir, bisa bahaya juga. Ngutip dari
salah satu kalimat kece, “Setiap teman bisa menjadi pacar, tapi tidak
setiap pacar bisa menjadi teman,”. Maksudnya ialah, setiap dari
pertemanan lawan jenis, biasanya bakal ada yang saling suka hingga berujung
pada terjalinnya pacaran. Namun, tidak setiap yang pacaran apalagi setelah
putus bisa berakhir dengan jalinan pertemanan.
Aku juga pernah terjebak friendzone,
dan sekarang juga lagi ngerasain hal demikian untuk yang kedua kalinya (yang
inget). Berhubung udah SMA, dan berarti pikirannya mulai rada dewasa, aku jadi
nggak berani untuk nyatain perasaan hati ini langsung, walaupun cuma bilang
‘aku suka kamu’. Hey, siapa kira, tiga kata yang biasa aja, aku-suka-kamu, bisa
mengubah sebuah persahabatan yang udah lama dijalin. Mending dan lebih baik,
endapkan aja dulu perasaannya, tunggu sampai waktu yang tepat tiba, dan mungkin
kali ini, aku udah dapat waktu yang tepat, waktu dimana pada akhirnya aku nggak
bakal nyatain tiga kata itu karena dia ‘gettingbacktogether’ with other.
Intinya, jangan berpikir terlalu singkat dan terlalu
memaksakan kehendak hati sendiri #udahituaja. Oia, sekalian rekomendasi sih,
boleh tuh baca atau nonton film Refrain, pas banget sama kamu-kamu yang lagi
kejebak sebuah friendzone :D
#berakhirdenganrekomendasibuku.
Udah deh itu aja, besok-besok pengen ah posting tentang
kakak-adek-zone xD *ditimpuk para kakak-ade-ers*.
Aciiieeeeeeeeeeeeee :D
ReplyDeleteKenapa sih? :/
Delete