Pagi-pagi sekali, setelah menyelesaikan semua tugas dan kewajibanku sendiri, aku hanya terduduk di kursi yang berada di lantai dua rumahku. Terlihat jelas pemandangan kota ini, belum ada polusi, oksigen masih bersih, dan mentari belum menampakkan sinarnya. Aku mencintai keindahan ini.
Kukeluarkan kameraku, setidaknya memotret sedikit sunrise mungkin mengasyikkan. Indah sekali. Kau tahu Ri, aku mencintai sunrise, saat ia muncul, harapan-harapan kita seakan ikut bertebaran. Menaburkan asa di setiap sudut di bumi ini. Ah iya, apa kau masih ingat, saat dulu, saat kita bermimpi di bawah langit fajar yang masih gelap, mengharapkan semua keinginan dan cita-cita kita.
“Aku pengen punya banyak permen, yang manis, yang besar, yang nggak habis-habis, pokoknya aku pengen punya banyak permen, kalau kamu mau apa?”
“Aku ingin setiap hari aku bisa bertemu sunset. Senja ketika mentari telah menuju peraduannya, tenggelam, dan esok kembali lagi, berubah menjadi sunrise seperti yang kau suka.”
Senyum terkembang di wajahmu. Ah, aku merindukan senyumanmu Ri. Sungguh, aku merindukanmu, senyumanmu, juga kenangan kita yang telah lalu. Kapan aku bisa kembali pada masa-masa itu? Kapan Ri?
Pikiran-pikiran itu terus berputar di dalam otakku, aku melamun. Tak sadar, bahwa mentari mulai menampakkannya perlahan. Suara itu, dari luar gerbang rumah, aku mendengar suara yang tak asing lagi setiap harinya. Buru-buru aku turun dari lantai dua.
“Pagi... Ini korannya, selamat membaca berita hangat pagi ini ya,” katanya sambil membentuk senyuman di wajahnya itu.
“Makasih,” aku mengambil koran pagi ini, seraya membalas dengan senyuman terbaikku.
Apa aku belum mengenalkannya padamu, Ri? Maaf, aku hampir lupa. Kenalkan, dia adalah seorang pengantar koran langganan yang setiap hari datang ke rumahku. Bukan, sebenarnya dia bukan penjual koran, dia adalah anak dari agen koran langgananku. Ia khusus mengirimkan koran ke rumahku. Untuk rumah-rumah yang lain, tentu saja bukan dia, ada anak buahnya yang siap mengantar.
Kau cemburu, Ri? Tak perlu, dia hanya sahabatku, sama sepertimu. Bahkan, dia ingin tahu siapa kau sebenarnya. Lebih tepatnya siapa dirimu yang seutuhnya. Mmm... mungkin aku salah mengatakan, tapi tetap, dia memang ingin mengetahuimu, Ri. Apakah kau mau berkenalan dengan dia? Jangan takut, dia adalah penjaga rahasia yang baik, aku sering bercerita padanya, dan tak pernah sekalipun dia mengatakan cerita-cerita kosongku pada orang lain.
“Ri, apakah kau mau berkenalan dengannya?” tanyaku pada bayangan kosong yang berada di hadapanku. Ya, dialah Ri.
—Beauty Sunrise, 14th August 2013, 9.54 AM
.:: Cerita Pagi Tadi #1 ::.
Ri...saya ingin berkenalan dengannya.. :D
ReplyDeleteoya mbak mohon maaf lahir dan batin ya, sekalian minta bantuan isi kuesioner penelitian saya tentang belanja online disini http://goo.gl/TtxTqf
terima kasih :D
namanya bukan nge-Ri kan? hehe..
ReplyDeletewah pengen dink ikut minum teh di lt 2 nya ^_^