Sore itu
masih terasa sesak. Entah udara yang panas begitu mendominasi atau perasaan
hati yang masih tak jelas. "Kita sudah tidak cocok lagi." Kalimat itu
masih berputar-putar di kepalaku sampai aku sendiri pun tak tahu apa maknanya.
Apa ada
yang salah dari hubungan ini? Tidak cocok? Apanya? Pertanyaan yang masih ingin
kutanyakan pada Arman saat dia memutuskan untuk meninggalkanku seorang diri di
tengah ramainya sebuah cafe.
Apa yang
mendasari sebuah ketidak-cocokan itu hadir? Bukankah dulu semua baik-baik saja?
Kita sudah tidak cocok. Atau mungkin lebih tepatnya dia yang merasa sudah tidak
cocok. Arman memutuskan untuk mencari orang yang lebih tepat dengannya
dibandingkan aku. Mungkin dia sudah merasa tak nyaman menjadi orang yang kutitipkan
sebongkah hati, maka ia kembalikan hatiku dengan goresan yang tampak dan
terlalu besar untuk disembunyikan.
Satu, dua,
tiga tetes air mata jatuh. Inikah cinta yang dulu diperjuangkan? Kenangan demi
kenangan berjalan di otakku bagai siluet yang tak mungkin aku sangkal. Yang aku
tahu cinta itu menyatukan dua sisi yang berbeda hingga dapat menjadi satu.
Perbedaan pendapat, selera, pertengkaran, bukankah itu warna yang harusnya dapat
dijalani?
Semua
orang di sekitarku masih berbincang, tertawa, menjalani aktivitas mereka masing-masing,
tanpa tahu apa yang baru saja Arman katakan. Lima kata yang diakhiri dengan
pemberian sebuah kotak kecil.
Kotak yang
berbalutkan kertas berwarna abu. Ah iya, aku menyukai warnanya, tapi mungkin
sekarang tidak. Hatiku pun ikut kelabu. Hampir saja aku akan membuangnya, tapi
jika menyimpannya dalam kardus, mungkin itu lebih baik.
Ya,
kardus. Kotak berwarna coklat yang berukuran sedang ini, lagi-lagi Arman yang
memberikannya padaku. Katanya, simpan kardus ini untuk tempat menyimpan semua
pemberian darinya. Cinta, harapan, mimpi, angan-angan, dan semua kenangan
bersamanya.
Bagiku,
cukuplah menyimpannya dalam kardus itu. Agar saat membuangnya, tak sulit
menemukan barang-barang itu lagi.
“Buang
kardusnya!”
“Buang!!”
Hatiku
bergejolak, antara ingin membuangnya atau tidak. Tapi…, aku merasa jika kardus
itu disimpan di gudang rumah saja. Membiarkannya berdebu, kotor, atau bahkan
rusak sekalipun.
Kasihan yaa si tokoh 'aku'nya. -.-
ReplyDeleteNonfiksi kah ini? wkwk
Nggak kok Kak, itu fiksi, cuma mungkin namanya nyata xD
ReplyDeletekerennnnnnnnnn
ReplyDeleteHihi...Terimakasih Kakak :)
Deletekardus nya di kiloin aja ^_^
ReplyDeleteWaduh, jangan Kakak. Itu kardusnya berarti banget xD
DeleteKereeeeeeenn!! ^^
ReplyDeleteWaah...Terimakasih Kakak :) Seneng kalau ada yang suka :)
DeleteWaaah...Terimakasih Kakak. Seneng kalau ada yang suka :D
Delete