Sebelum hari dan bulan berganti, izinkan aku menulis kembali apa yang telah kulakukan sebulan ini. Mungkin tak seberapa, mengingat aku seringkali “bolos” dan membayarnya keesokan harinya. Jadi, maaf kalau di hari terakhir pun aku masih saja seperti itu, keadaan yang memaksa demikian.
Aku lupa mimpi-mimpi apa saja yang telah kutulis dan kuceritakan pada kalian. Kalau tidak salah, ada lima Kawancut yang menulis kembali cerita mimpiku. Terimakasih, aku janji setelah #1Day1Dream selesai, akan ada kelanjutan dari cerita yang kalian tulis. Tunggu ya!
Sekali lagi, di tengah sibuknya kegiatan di sekolah yang masih berlangsung hingga aku mengetik tulisan ini, aku bimbang menentukan mimpi mana yang benar-benar ingin aku wujudkan.
Aku tak pernah tahu apa sebenarnya mimpi besarku karena dari sudut pandangku, mimpiku tidak sebesar harapanku untuk mewujudkannya. Aku masih terlalu takut—kalau boleh jujur—cemas menghadapi dunia yang mau tidak mau harus dan pasti kujalani di kemudian hari.
Aku masih khawatir kalau-kalau mimpi-mimpi itu tidak terwujud, aku takut kedua orangtuaku kecewa, aku takut pada keberanian dari teman-temanku, dan aku takut akan pendapat orang-orang yang mungkin saja mencibirku suatu hari nanti. AKU MASIH TERLALU TAKUT!
Iya, aku tidak seperti aku yang kalian baca dari tiap tulisan-tulisanku, aku tidak seperti aku yang kalian dengar dari tiap kicauanku di berbagai media. Aku tak seperti itu, aku… aku masih belum bisa.
Ini sedikit berlebihan, tapi mengertikah kalian rasanya takut dan was-was pada hal-hal yang bahkan tak patut dicemaskan? Itu menyengsarakan, sungguh. Kadangkala aku berkeinginan kuat untuk keluar dari kurungan rasa takutku sendiri, tapi aku belum sanggup.
Maka, jika ditanya apa mimpi besarku yang ingin sekali diwujudkan dalam setiap hal dan waktu kapan pun, aku bersedia menjawab bahwa aku tak ingin punya rasa takut lagi pada mimpi-mimpiku. Aku nggak mau takut lagi, aku nggak mau hanya karena aku takut lantas aku nggak bisa mencapai hal-hal yang kuimpikan, aku nggak mau hanya karena aku takut hingga aku membiarkan dan mengabaikan mimpi-mimpiku sendiri, aku nggak mau takut lagi
Perasaan seperti ini lumrah bagi manusia, dan itu merupakan kodratnya. Bahwa setiap manusia pasti selalu punya rasa takut, terlebih takut pada Tuhan-Nya, Tuhan Yang Maha Besar. Kita, manusia, memang harus takut pada-Nya, agar kita tahu bahwa keberanian kita tak pernah sekalipun melampaui rasa takut kita pada Tuhan. Percayalah, saat kita merasa takut pada Tuhan, saat itulah kita yakin bahwa kita manusia yang berakal. Tahu sampai mana harus menggunakan kekuatan untuk mengalahkan ketakutan kita sendiri.
Maka, saat menulis mimpi ini (aku menulisnya di dalam kelas perkemahan, di mana para peserta sedang menjalankan kegiatan lain; perlu diketahui bahwa aku sendirian di sini), aku ingin tak lagi merasa takut. Pada mimpi-mimpiku terutama.
Aku tak ingin aku merasa takut untuk memimpikannya, mengusahakannya, meraihnya, mencapainya, hingga mewujudkannya. Mimpiku tak seberapa, lalu mengapa aku harus takut kalau mimpi-mimpiku saja kecil? Impian yang kecil saja kadangkala membuatku takut, bagaimana dengan impian-impian besarku ya? Akankah aku merasa lebih dan sangat takut?
Jadi, tolong dan kumohon, ketika suatu saat si penulis cerita ini merasa takut terhadap mimpinya sendiri, jewer saja dia. Katakan padanya bahwa dia pernah berjanji pada kalian bahwa dirinya tak akan pernah takut mencapai mimpi-mimpinya, mimpi kecil maupun mimpi besarnya. Katakan juga padanya bahwa ia pernah berkata dengan pasti bahwa ia harus melawan ketakutannya sendiri, sebesar apa pun itu—kecuali rasa takut pada Tuhan ya.Kalau ia berkhianat, sesekali kalian boleh menyindirnya, baik dengan cara halus atau kasar sekalipun. Mungkin, dalam beberapa waktu ia perlu diberi pelajaran, agar tahu bahwa dirinya perlu ditempa sedemikian rupa supaya ia lebih kuat lagi.
Ketakutan itu pasti ada, tapi aku akan berusaha semaksimal mungkin menghilangkannya. Target pencapaiannya memang tidak jelas, kapan tercapai, kapan terwujud, dan kapan impian itu sudah selesai dilaksanakan memang masih belum kupikirkan. Tidak ada rentang atau target waktu sekalipun yang ingin kupasang demi memenuhi impian semacam ini. Tapi percayalah padaku, bahwa aku mampu mencapainya.
Untuk kalian juga, selamat mencapai mimpi-mimpi kalian—tak perduli seberapa besar kecilnya mimpi itu, tetaplah bermimpi dan capai hingga terwujud. Karena seperti yang telah kukatakan sebelumnya, saat bermimpi kalian harus bertanggung jawab terhadap mimpi-mimpi kalian. Kalau tidak bisa bertanggung jawab, maka jangan pernah berani untuk bermimpi. Doakan untukku juga ya ^_^
…dari kelas perkemahan, akhir Januari setelah projek bersama ini selesai, aku juga ingin bermimpi dan terus bermimpi.
by.asysyifaahs♥
"If Your Dreams don't Scare You, They aren't Big Enough" itu kutipan dari mana? Atau kata-kata buatan sendiri? :)
ReplyDeleteAku dapat dari tumblr kok Kak :D
DeletePemimpi yg takut keenggakpastian. Saya tau rasanya. Katanya sih, calon orang besar itu yg gampang khawatir namun reflektif.
ReplyDeletePemimpi yang takut keenggakpastian, hihi... izin aku ambil ya Kak. Kayaknya sih iya, aku pemimpi yang masih takut kalau suatu saat mimpi itu nggak tercapai atau nggak sesuai dengan ekspektasiku. Semoga, ketakutan itu nggak bikin aku takut bermimpi ya :)
Delete