Hai halo… memasuki hari ke-22 which is aku nulisnya pas lagi belajar di kelas, sembunyi-sembunyi lah, kalau mamprang yang ada ditabok. Beruntungnya hari ini dapat giliran bangku paling belakang sekaligus paling pojok, jadi lumayan ada waktu buat sembunyi ngeblog, haghaghag *digeplak guru Ekonomi*
Cerita kali ini diretas dari Teteh Kawancut seregional, Teh Fira—Syifa Safira Shofatunnisa alias Safira Nisa alias Teh Shaacchan. Banyak banget sebenarnya mimpi dia yang mau aku tanggapi, tapi apalah aku ini… jadi mimpi dia yang dekat dengan kegiatanku akhir-akhir ini aja ya.
Dari dulu kalau dipikir sih, saya sering banget nulis.. Nggak sering juga. Cuma suka aja. Nulisnya juga nggak tentu. Kadang nulis puisi galau (puisi kalau gak galau/semangat.. susah sih ya gimana cik), cerpen (yang seringnya nggak tamat), dan artikel-artikel yang mejeng di mading. Palingan cuma di mading kelas-sekolah, nggak kemana-mana lagi.
SAMA! Kalau dari paragraf itu, mungkin kegiatan aku sama Teh Fira kurang lebih sama, suka nulis puisi sok puitis yang maknanya aneh (?), cerpen yang nggak tamat-tamat karena mood-nya pas one-sit-writing, dan artikel yang dikerjain kalau ada butuhnya aja. Wkwkwkw… Apalagi kalau bukan karena ikut ekskul Mading yang bekerja di Divisi Karya Tulis *apa lah madding AMBETAS ada divisi-divisi segala*
Sebenernya sih, gampang banget buat nulis artikel masuk koran, apalagi waktu SMA di Tasik. Sekolah saya cukup ngehits, dan ada redaksi koran namanya Radar Tasikmalaya, dan ada rubrik sekolahnya. Sekolah saya juga pernah kebagian ngisi dua halaman di sana.. Tapi penuhnya sama seni doang. Sekolahku terkenal sama seni nya. (Di lapang basket aja dindingnya penuh mural, digantinya lumayan sering lagi.)
Nah kalau yang ini beda, sekolahku nggak begitu aware soal artikel yang masuk koran, majalah, atau media massa lainnya. Ibaratnya sih, kalau masuk ya syukur, nggak juga nggak masalah. Cuma, karena aku yang memang suka banget ikut-ikutan, ada beberapa artikelku soal sekolah yang masuk di majalah. Tanggapannya? Nggak ada! Ya udahlah, yang penting sih itu kerja saya, mau ditanggapi atau nggak bukan hal yang “kudu” banget. Hehehe…
Buat Teh Fira, jadi penulis artikel itu mudah kok, asal kitanya mau aktif aja cari lowongan kayak gitu. Aku pernah baca juga soal keinginan Teh Fira yang mau masuk koran Pikiran Rakyat, haha… aku juga pernah sih, di suplemen belia Pikiran Rakyat bagian rubrik Suara Hati Pelajar—yang honornya nggak diambil-ambil sampai sekarang.
Di belia Pikiran Rakyat, sejauh yang aku amati, selain Kak Hanifa Paramitha Siswanti, Kak Hani Fauzia Ramadhani, Kak Tisha Anwar, dan beberapa kontributor lainnya, kadang beberapa kali aku menemukan penulis yang beda dan nggak tetap setiap waktunya. Aku lupa siapa aja sih, tapi mungkin keren juga kalau Teh Fira coba-coba “menawarkan diri” ke belia. Apalagi di tengah jadwal anak kuliahan yang mungkin fleksibel, bisa jadi kerjaan ini cocok buat Teteh.
Menulis itu gampang, apalagi kalau kita sering melatihnya. Dari blog, aku yakin kita sebagai blogger bisa menjadikan tulisan itu tidak saja sebagai karya, tapi juga “lahan” untuk mendapatkan sesuatu yang lebih.
Nanti kasih tahu ya kalau Teh Fira mejeng di koran ^^
by.asysyifaahs♥
Note: se-regional tapi belum pernah ketemu! Haha
ReplyDeleteMakasih banyak ya masukannya, oh ya selain koran ada alternatif majalah juga, kan ya. Memang sih kalo submit artikel lebih mudah di koran, karena konsumsi umum. Kalau di majalah mah biasanya cuman bisa submit cerpen/karya pribadi, atau rubrik khusus yang sifatnya submission, kayak yang kamu itu. Artikel 'isi' majalah itu sendiri kebanyakan ya dari timnya.
Kedengerannya bagus ya, kalau pertama bisa submit tulisan di koran terus bisa submit ke majalah juga (dan masuk tim editorialnya.....). Mimpi banget sebenernya ini tapi makasih ya semangat dan doanya! :)
Pasti aku kasihtau deh nanti :)
Haha iya, aku belum pernah ikut kopdar sih, kan belum boleh u,u
DeleteIya, dulu pas SMP aku baru coba-coba masukkin koran, menginjak SMA karena ada lowongan buat tim editorial dari GADIS itu akhirnya lolos juga. Tapi, tulisan di koran juga sedikit banyak punya andil dalam diterimanya kita jadi kontributor majalah.
Menurutku, asal gesit cari peluang, pasti kesempatan ada. Siip ^^