Hai, September terlambat. September, aku selalu suka September. Jika boleh bilang, dari awal tahun aku selalu sukacita menunggu September datang. Penantiannya lama sih tapi nggak selama aku nunggu kepekaan dia, sembilan bulan, dan itu menyenangkan saat kini aku hidup di bulan September. Yeay ^^
Jadi nih, Sabtu di masa lalu, dunia menambah lagi daftar panjang orang-orang yang lahir di tahun 1999. Tepat tengah malam, dibantu Makraji *apa sih istilahnya, nggak tau*, seseorang yang kupanggil ‘Mamah’ melahirkan anak pertamanya. Anak perempuan yang kelak bakal jadi seseorang yang tangguh dan berani menghadapi dunia, yang siap mengalahkan clan-clan jahat #abaikan.
Lima belas tahun yang menyenangkan menjalani hidup, tapi belum bisa berbuat banyak untuk mendulang amal kebaikan *tssaah. Lima belas tahun. Iya, aku baru 15 tahun. Banyak sih yang nggak percaya dengan jumlah umurku yang di atas rata-rata ini, eh maksudnya masih underage, dan itu udah biasa. Halah, biasa!!
Tiga hari yang lalu tepatnya, Alhamdulillah Allah masih memberi kepercayaan buatku untuk sedikit lebih lama di dunia ini. Aku benar-benar terharu mendapati seseorang di cermin udah tumbuh gede, umurnya nambah, dan semoga nggak jomlo lagi. Yah, siapa lagi kalau bukan cerminan diri sendiri, rasanya benar-benar bahagia banget... umur nambah berarti uang jajan nambah, haha.
Beberapa hari sebelumnya, aku selalu mengalihkan pembicaraan orang-orang tentang tanggal 4 September itu. Nggak tau gimana, tapi rasanya ingin sekali nggak jadi perhatian *emang siapa yang merhatiin lo, Asyif? GR!*. Menghindar dari segala hal tentang 4 September, tentang pertambahan umur, tentang momen ulangtahun, dan segala hal yang berjibaku di dalamnya. Aku nggak mau 4 Septemberku kali ini rame, aku cuma mau 4 Septemberku milik aku sendiri, seorang saja *egois ya?*.

Orang pertama yang ngucapin adalah Lulu. Yes, my frenemy. Nggak pas di dentingan pukul 00.00 sih, tapi aku bersyukur setidaknya ada yang rela-relain bangun tengah malam demi aku. Haha, sebenarnya nggak penting sih siapa yang ngucapin HBD duluan, yang penting adalah orang terakhir yang ngucapin buat aku dengan doa terpanjangnya, ya walaupun telat sih xD Memangnya siapa? Ah bukan siapa-siapa kok, bukan pula kakak kelas yang belakangan aku suka dengan kharismanya (malah, doi nggak inget sama sekali), dia hanya teman, cukup teman saja~
Pagi hari di sekolah, semua biasa, malah kelewat biasa banget. Semua orang mendadak amnesia dan alzheimer secara massal, satu kelas, satu angkatan, satu sekolah. Lagi-lagi cuma Lulu, yang senyum dan pura-pura mengingatkan kalau 4 September adalah Hari Hijab Sedunia *lah, apa hubungannya?*. Bagus, doa aku benar-benar tercapai, doa biar nggak ada orang yang inget ada apa di 4 September itu. Semua orang benar-benar pikun hari itu, dan aku sedih :(
Di tengah waktu istirahat, hati rasanya nggak tentu banget, mungkin ada feeling bakal dikerjain. Eh, lagi-lagi GR ya, siapa tau aja memang nggak ada kejutan sama sekali, buktinya orang-orang tetap bersikap seperti biasanya. Maka, hilanglah perasaan curiga dengan kelakuan Lulu, Syifa, Alya, dan ce’es ketika bolak-balik masuk kelas. Pas ditanya, jawabnya “nggak ada apa-apa kok!” Hih!
Singkat cerita, mulailah pelajaran terakhir—Bahasa Inggris, Bu Teti. Awalnya sih mulai curiga, wajah Ibu kelihatan lebih sadis beda dari biasanya. Padahal, tiap hari wajah BuTet..i selalu murah senyum, apalagi sama daku yang kalau disuruh ikut Speech Contest banyak belepotannya. Curiganya hilang, mungkin Ibunya lagi punya masalah lain.
Pembahasan hari itu tentang Tenses. Sebelumnya, Ibu mewanti-wanti kami untuk mempelajari materinya, biasalah Kurikulum 2013, yang capek kan murid. Dan sayangnya, aku nggak benar-benar mempersiapkan, baru saat istirahat menyalin materi dari kamus pinjaman, telat kan? Lagi-lagi, rencana dimulai ketika Ibu meminta kami menerangkan materi tersebut, tentunya bakal ada reward dong. Yap, 5 poin plus untuk materi kalau siap menerangkannya di depan kelas. Dan begonya, entah hasutan setan mana, tangan aku tiba-tiba mengacung sendiri. Oh no! Rasanya kayak menjatuhkan diri sendiri ke dalam jurang, fiuh. Gue bakal dikerjain!!
Entah kenapa, hari itu aku blank soal tenses, padahal cuma tentang Simple Present Tense. Cuma menjelaskan definition, pattern of kind, adverb of time, auxiliary verb, dan example. Iya, CUMA! Cuma menjelaskan itu, dan aku gagap. Oh, please~
Semua materi yang sebelumnya dinalar dari semenjak SMP itu benar-benar hilang dengan sendirinya, seolah-olah otak ikut ngerjain di hari bahagia ini. Dan lagi, Bu Teti rasanya makin lama mukanya makin sadis, eh maksudnya, makin menunjukkan kalau aku harus menerangkan lebih banyak, makin banyak, dan terus banyak dari tenses itu. Belum lagi, temen-temen sekelas—tanpa diminta dan komando apapun—menyerang dengan berbagai pertanyaan non logis yang sebenarnya jawabannya udah pada tahu. Saat Dinar, Gita, Monita, Rezka nanya, rasanya pengin jawab “Kalian yang nulis materi, kenapa situ yang nanya sama gue? Padahal jawabannya udah jelas ada di buku itu, kampret!!” Aaaa, marah kali itu akhirnya dilampiaskan dengan dilemparkannya penghapus whiteboard ke... lantai, nggak sampai ke wajah-wajah tanpa dosa mereka, nggak kok :P
Ibu terus mencecar aku dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama nggak logisnya. Ya udah sih Bu, kalau anak-anak pada nggak mau nanya, jangan dipaksa, kasihan kan mereka, apalagi saya wahai Ibu? Bahkan ketika bilang, “Ma’am, can I sit, please?”, Bu Teti cuma tersenyum jahat, seolah-olah membiarkan aku mematung di depan kelas, di-bully satu kelas, dan untuk pertama kalinya gugup menerangkan materi. Damn!
Entah kabar baik atau tidak, saat Ghea nanya tentang penggunaan tenses itu, dia akhirnya disuruh maju ke depan juga. Yah, korban nggak cuma aku doang kan? Dan sebenarnya itu nggak berarti banyak karena aku tetap di depan kelas, menuliskan contoh-contoh kalimat berbeda yang banyak digugat sama si Syifa, oh~
Nambah lagi deh, Sarah, Ika, dan Fitri juga disuruh, atau lebih tepatnya dipaksa Ibu masuk ke dalam jebakannya, MAJU KE DEPAN KELAS! Tapi, berhubung dari luar Lulu, Syifa, dan Alya langsung masuk membawa kue, maka berakhirlah penderitaan maha dahsyat yang super keki itu. Nyebelin, dan aku terharu. Nggak lupa juga bilang terimakasih ke Bu Teti, sebenarnya aktingnya payah sih—walaupun baru diajar di kelas 11 ini, aku udah kenal beliau semenjak kelas 10, orangnya murah senyum dan baik, nggak mungkin lah marah-marahin aku, mwehehe. Dan akhirnya mereka ngucapin selamat, berdoa, dan juga ditambah tamparan yang amat memuakkan. Ah, begini ternyata di-ulangtahun-kan bersama teman sekelas.
Lucunya, dalam kue ulangtahun itu, nggak hanya nama aku, tapi sekaligus daftar nama penghuni XI MIIA 3 yang ulangtahun di bulan Agustus-September, ada Ghea, Sarah, Ika, Fitri, Nuy, dan Nurghi. Walaupun dikata ngirit modal, tapi ini keren karena aku baru tau bahwa ulangtahun ternyata bisa massal juga. Jumlah umurnya juga disesuaikan, ada 15, 16, dan 17. Taulah siapa pemilik angka 15 itu, karena itu cuma milik aku seorang :P
Yah, inilah momen ulangtahunku yang benar-benar rame—Allah tidak benar-benar mengabulkan permintaanku sebelumnya. Ini pertama kalinya dirayakan dengan teman sekolah karena waktu SMP, dan kelas 10 nggak begitu banyak orang yang rela menyisihkan uang jajan demi beli kue bolu untukku. Dan selalu menyenangkan untuk segala sesuatu yang disebut pertama kali.
Ah iya, hari ini juga ada guru muda di sekolahku yang berulangtahun ke-24. Selamat tambah umur Bapak, semoga lain kali guru Olahraga kelas kami bisa diganti sama Bapak dulu :D
Jadi, untuk kalian semua wahai pembaca..., baik yang sudah, sedang, dan akan mengalami masa pertambahan umur, selamat tambah umur ya, tahun nggak pernah berulang makanya aku nggak ngucapin ulangtahun. Happy Birthday, God Blessing You Always. Semoga segala harapan dan cita tercapai di tahun yang baru buat aku, kamu, dan kita semua ini. Selalu yang terbaik, dan menjadi tahun yang lebih baik dan semakin baik dari tahun kamu sebelumnya.
Ah iya, hari ini juga ada guru muda di sekolahku yang berulangtahun ke-24. Selamat tambah umur Bapak, semoga lain kali guru Olahraga kelas kami bisa diganti sama Bapak dulu :D
Happy Bornday Pak Dwi ^^ |
Selamat menua, tua muda memang nggak menentukan sampai berapa lama usia kita, tapi kalau kamu mau duluan menghadap-Nya, ya nggak papa. Sampai jumpa di 4 September lainnya :*
Wah, dek Cipa. Barakallah yaa semoga semakin bertambahnya umur, bertambah juga kebermanfaatan untuk orang banyak :))
ReplyDeleteAmin Alhamdulillah... makasih Kak Acima :*
Deletebaru 15 tahun tapi nulisnya udah asik banget. barakallah ya O:) salam kenal dari kota pempek :D
ReplyDeleteWaah, makasih Kak ^^ Salam kenal juga Kak :D
DeleteBaru pertama kali main ke sini. Tau karena giveaway-nya si Tirta. Bagus euy tulisannya, padahal masih muda. \:D/
ReplyDeleteWaah, makasih makasih, yang lagi ngetik tersunjang nih, hehe :D
DeleteHahaha. Di sini nggak bisa tukeran link ya? follow dulu deh. Salam kenal ya \:D/
DeleteNggak bisa Kak, maaf ya :D Eh, coba cek ini bit.ly/PleaseVoteMe, lagi butuh bantuan. Makasih ^^
DeleteWah selamat nih menang GA-nya. Dan happy sweet fifteen!
ReplyDelete