Selamat pagi, Mentari. Hm, sebelum menyongsong diri untuk berangkat sekolah beberapa menit lagi, tidak ada salahnya kan kalau daku ini kembali bercerita setelah sebelumnya juga bercerita beberapa jam yang lalu? Ah, memangnya siapa yang sih peduli akan waktu kapanpun seorang Syifa ini, lagipula tidak akan ada yang mengingatkan begini kok, “Kamu jangan kecapekan, tidurnya yang cukup, jangan kebanyakan ngeblog, nanti capek. Kamu mau nanti sakit lagi?” Nggak bakal ada, nggak bakal ada, nggak bakal ada, never for ever *shut up your mouth, Asyifa!*
Baiklah, masih dalam menantang diri sendiri untuk mengikuti berbagai kegiatan menyenangkan di blog, apalagi kalau bukan giveaway, iseng-iseng berhadiah ini? Sebelum semua kegiatan sekolahku benar-benar sibuk dan akan sangat-amat menyita waktu nantinya, kenapa tidak sekarang-sekarang ini, saat masih awal memasuki masa sekolah dan KBM baru berjalan beberapa hari. Please, understand with my condition, especially with my heart, could you? BIG NO, I think. Huft.
Asyifa kenapa sih? Padahal ya, tema yang diberikan di giveaway kali ini ceritanya tuh seneng-seneng, #OneOfMyHappyMoment in MY LIFE, in ASYSYIFAAHS’s LIFE. Eh, bedewei eniwei, rasanya aku sudah cukup senang ketika tahu bahwa giveaway kali ini diretas dari Giveaway Couple. Aniyo, bukan dari ‘couple’ sesungguhnya sih, tapi hanya best friend couple, but it’s still sweet like as sugar, huh? Oh, please, nonsense Asyifa!
Begini nih, kalau boleh jujur ya Kak Lilis dan Kak Reyza, aku tuh masih bingung sampai saat mengetik bagian ini, iya sampai bagian ini, eh sampai bagian ini juga deh, iyalah sampai bagian manapun, kejadian mana yang membuat aku merasa sangat bahagia sekali? Tidak, bukan bermaksud bahwa tidak ada kejadian membahagiakan sama sekali dalam hidupku ini. Aku tahu, walaupun begini, hidupku masih bisa disebut menyenangkan, lho *catet!* Aku terlalu sibuk memikirkan cerita mana yang tepat dan harus kupilih untuk kubagi pada kalian berdua? Ndilalah.
Begini sajalah, akan kuceritakan kejadian yang (mungkin) amat-sangat tidak menarik tapi (entah berkat surga apa) aku bisa menyebutnya momen terindah, terbahagia, tersenang, tertarik, dan ter- lainnya yang bisa kuceritakan dalam #OneOfMyHappyMoment ini. Tapi, berjanjilah padaku untuk tidak mentertawakan cerita ini, oke? Finger crossed!
Ini adalah cerita yang baru saja kualami, beberapa hari yang lalu malah, atau mungkin semua berawal dari beberapa minggu sebelumnya. Tapi, itu tidak terlalu lama kok, mungkin ketika bulan Ramadhan baru berjalan tiga atau empat hari, ya? Ah, aku jadi lupa begini.
Semua kesenanganku itu mungkin sangat tidak masuk di akal, logika, pikiran, dan perasaan kalian, wahai dua Kakak! Aku yakin cerita ini tidak begitu seantusias cerita orang lain, tapi percayalah aku mengakuinya sebagai momen paling hebat dari sekian banyak pengalaman yang kujalani selama 14 tahun mengembara di dunia fana ini. Oh, sangat hiperbola, duhai!
Tepat tanggal 30 Juni 2014 yang lalu, aku melaksanakan daftar ulang sebagai syarat administrasi bahwa Asy-syifaa Halimatu Sa’diah telah resmi menjadi seorang kakak kelas baru bagi adik-adik barunya. Yap, Alhamdulillah, puji syukur karena Syifa sekarang sudah bertranformasi menjadi anak kelas 11. Oh, aku masih tidak percaya hal itu. How can?
Bertemu dengan teman-teman lama dari kelas X MIIA 4 adalah salah satu harapanku pagi itu, selain berharap bahwa akan ada satu atau dua adik kelas (laki-laki, tentunya) yang bisa menjadi sasaran untuk... ah sudahlah, kalian pasti mengerti cerita anak SMA, xoxo illy. Namun, sayang seribu sayang, tidak banyak yang kutemui hari itu, selain 5 orang, yang itu pun tidak berlangsung lama kami bersua dan berkangen mesra *cih, kalimatnya*. Hanya ada Echa, Indri, Gita, Lulu, dan Wifqi. Dari keempat teman perempuan, kami berpeluk riang, terutama dengan Echa yang badannya bisa lebih besar dari aku, aku merasa hangat dalam peluknya. Begitu juga dengan Indri, walau badannya lebih kecil (atau sebut sajalah aku yang lebih besar darinya). Terkecuali dengan Gita, dia hanya beberapa menit berada di sekolah, menuju loket administrasi, lalu pulang, begitu saja. Seandainya bisa memeluk Wifqi, mungkin aku mau, tapi aku tahu aku tak bisa, hahaha.
Hari itu berlalu begitu saja. See? Sudah kukatakan tidak menarik, bukan? Tapi, cerita tidak berakhir sampai disini saja, wahai dua Kakak. Masih terlalu panjang. Tenang saja!
Ramadhan berjalan seperti biasanya, aku masih semenyenangkan dan seunyu biasanya *oh, bagian yang ini perlu dihapus tidak, ya?*, masih pula menulis di blog kesayangan. Namun... semua tak berlangsung lama, sampai di hari kedelapanbelas di bulan Ramadhan 1435 H ini, aku jatuh sakit, Kakak-Kakak. Setelah seminggu sebelumnya berhalangan karena tidak suci *hei, jangan berpikiran yang macam-macam ya!*, aku sakit. Typhus dan demam berdarah.
Gejala typhus dirasakan dari pemilihan asupan gizi makanan yang salah target, aku terlalu banyak makan—maksudku, terlalu banyak memakan makanan yang kurang (atau bahkan tidak) sehat dan sedikit tidak higienis, konsumsi jajanan pasaran yang kebersihannya sedikit diragukan. Sementara, demam berdarah diakibatkan dari pemikiranku yang berlebihan terhadap sekolah, aku terlalu mencintai sekolah sampai waktu liburan saja aku habiskan untuk beberapa kali mengulang kembali pelajaran. Oh, apakah peristiwa ini bisa disebut gejala demam berdarah? Aku rasa tidak, lucu sekali, to be honest Mamahku belum tahu kalau tiga hari terakhir sebelum sakit, badanku terasa gatal-gatal dan dipenuhi banyak bentol *hush, jangan berpikir aku tidak mandi ya!*
Gejala typhus dirasakan dari pemilihan asupan gizi makanan yang salah target, aku terlalu banyak makan—maksudku, terlalu banyak memakan makanan yang kurang (atau bahkan tidak) sehat dan sedikit tidak higienis, konsumsi jajanan pasaran yang kebersihannya sedikit diragukan. Sementara, demam berdarah diakibatkan dari pemikiranku yang berlebihan terhadap sekolah, aku terlalu mencintai sekolah sampai waktu liburan saja aku habiskan untuk beberapa kali mengulang kembali pelajaran. Oh, apakah peristiwa ini bisa disebut gejala demam berdarah? Aku rasa tidak, lucu sekali, to be honest Mamahku belum tahu kalau tiga hari terakhir sebelum sakit, badanku terasa gatal-gatal dan dipenuhi banyak bentol *hush, jangan berpikir aku tidak mandi ya!*
Nah, selama dua minggu selanjutnya, rasanya aku CUKUP bahagia sekali. Kenapa bisa? Ya, tidak ada yang bisa kulakukan selain berbaring lemah tak berdaya dan hanya tergeletak begitu saja di atas kasur untuk sekadar membaringkan badan dan mengistirahatkan diri dari semua kegiatan-kegiatan yang ada, terlebih saat itu aku baru saja menjalani tugas sebagai Mentor Pembimbing dalam kegiatan Pesantren Kilat alias Sanlat di sekolahku, dan itu cukup melelahkan asal kalian tahu, ya. Tidak ada kegiatan sama sekali, sama sekali. Membaca novel, menonton film, mendengarkan musik, membaca Al-Qur’an, bermain dengan sepupu, semua hal itu dilarang karena dirasa menjadi beban tersendiri untuk kesehatanku saat itu. Sayang sekali ya?
Aku di-infus. Tidak sampai harus rawat inap di rumah sakit kok, karena secara tidak langsung aku punya dokter pribadi khusus yang sebenarnya adalah tetanggaku juga. Yah, selain hemat biaya, aku lebih senang karena dengan itu merasa bangga bisa dengan mudahnya mendapat dokter pribadi, haha. Oh, what a plebeian Syifa, ck! Selama tiga hari merasakan cairan masuk ke dalam tubuh (dengan beberapa masalah-masalah kecil seperti darahku yang tiba-tiba keluar-masuk selang, sial ya), aku cukup kerepotan bahkan untuk buang air. Mandi pun hanya dilap, ganti baju harus dibantu Mamah, tapi entah wangi surga apa walau aku berkeringat (tidak banyak sih), wangi tubuhku tetap harum *iya gitu?* Itulah kebahagiaan dua minggu yang aku rasakan, tak ada kegiatan, tak ada perintah, tak ada suruhan, tak ada apa-apa dari Mamah. Aku senang karena dengan begitu—setidaknya dalam dua sampai tiga minggu—aku bisa terbebas dari pekerjaan rumah, hehe *digeplak, ditabok, dilindes, ditendang Mamah sampai ke Dubai*
Setelah setidaknya sembuh dari semua itu, walau aku tetap harus mengonsumsi tujuh, 7, TUJUH, TUJUH jenis obat-obatan aneh, aku masih merasa sedih juga sih. Sampai minggu pertama menjelang Lebaran Idul Fitri, aku hanya mendapat THR sebesar Rp. 40.000,- Sedih? Mungkin sangat.
Tapi, Alhamdulillah, puji syukur lagi, sakit ini ternyata membawa berkah tersendiri buatku, beberapa saudara, kerabat, dan tetangga cukup banyak yang mengunjungiku. Beberapa di antara mereka juga ‘menitipkan’ sesuatu yang cukup aku nanti semenjak Lebaran, salam tempel, hihi. Tapi begitulah, lama-kelamaan THR-ku bertambah juga, dari yang asalnya 40.000 malah berubah secepat kilat 10 kali lipat dari THR awal. This is miracle from Allah Azza Wa Jalla, oh God, I can’t Thank You enough :) Tapi, tetap saja, kadang ada beberapa pula yang tidak ‘menempelkan’ apapun, selain doa supaya aku lekas sembuh *keji sekali kau ini, Asyifa!*
Kebahagiaanku lagi-lagi bertambah, di luar malasnya meminum banyaknya obat-obatan itu, aku senang bukan main ketika untuk pertama kalinya setelah sakit, Mamah mengizinkanku memakan nasi. Yeay ^^ Apakah itu kebahagiaan? Ya, itu adalah prestasi bagiku yang saat itu, menurut dokter pribadiku itu, dalam sebulan ke depan aku HANYA boleh memakan makanan yang bertekstur lembut, semisal bubur tim dengan merek khusus anak bayi. Very awkward moment.
Singkat cerita, aku masuk sekolah di tanggal 6 Agustus 2014, baru saja kan? Awalnya, Mamah (sekaligus nenek, kakek, dan kakak nenekku) ngotot memintaku untuk tidak usah masuk sekolah saja dulu. Eits, bukan Asyifa namanya kalau nggak nekat, walau baru sembuh dari penyakit begini, tetiba saja aku bisa seagresif sebelum aku jatuh sakit. Aku kembali hiperaktif, lho, Kak Lilis dan Kak Reyza *kecenderungan untuk bawel, cerewet, jahil, dan semacamnya, bukan suatu sindrom yang melemahkan kok*.
![]() |
Lebih kece lagi, selfie pakai smartphone dan fisheye |
Kebahagiaan makin berkilauan saat aku bisa masuk kelas. Ah iya, sebelumnya tidak kuceritakan ya kalau aku dengan bangganya bisa masuk kelas master, XI MIIA 3? Hm, bagaimana tidak, rerata muridnya adalah murid-murid terbaik dari tiap kelas X MIIA 4 sampai X MIIA 6, ada yang aktif di ekskul, organisasi, komunitas, dan ah sudahlah... semuanya memang hebat!!
Walau hari pertama itu hanya dihabiskan dengan kegiatan Halal Bihalal, aku masih saja bahagia. Setidaknya itu yang kurasakan ketika bisa bersalaman dan bermaafan dengan salah satu kakak kelas yang... ah sudahlah, sudah kalian pasti sudah mengerti karena baru saja lulus SMA, kan? “Minal Aidzin ya, Asyifa!” Satu kalimat berdesir hebat, membuat jantung terasa dipanah amsara, darah berlomba-lomba untuk mengalir, kaki merasa tak seimbang, hampir terhuyung untuk jatuh pingsan di hadapannya, tapi tak sampai begitu kok. Aku hanya tersenyum simpul seraya menyalamkan tanganku dengan tangannya, aku tahu ini bukan mahram, tapi... ya begitulah, tak bisa kutolak, xoxo.
Demikian, kuakui aku juga tetap mengharapkan bisa bersalaman baik dengan adik-adik baruku, aku tahu banyak alumni adik SMP-ku yang kini juga masuk SMA terdekat sekaligus terbaik di Kab. Bandung Barat ini *plis, aku merasa bangga terhadap sekolahku*. Walau aku tahu, bersalaman dengan kakak kelas yang itu, yang famous di sekolah, yang menjadi pemimpin nomor 1 bagi para murid, rasanya jauh... lebih menyenangkan dan sangat-amat membahagiakan. Oh, villen dank, Mr. ‘Bi’ *psst... I just wanna tell you, Bi is his false name, his first called name is R, okay? Don’t be failed, halah!*
Hari selanjutnya, 7 Agustus, aku juga cukup bahagia karena pelajaran pertama, Kimia, kami disambut for the first time ever at grade 11th dengan praktek. Sungguh luar biasa bukan sekolahku? And then, Sejarah yang membawa kami pada cerita kolonialisme dan imperialisme Barat. English is none, but still, we must do homework for the first introduction for the next meeting. Pray for me, I CAN DO THE BEST, Kak Lilis & Kak Reyza. Trust me?
Next day, or yesterday, hanya SATU pelajaran. But, do you know what, itu adalah pelajaran mematikan membingungkan karena selama 4 jam mata pelajaran kami harus puas bersua dengan Ibu Saripah dalam mempelajari Matematika Peminatan. Oh, hebatnya KURIKULUM 2013. Kalian senang karena tidak merasai ini kan, iya kan, kan, kan?
And today, I must going as soon as possible to back to school. Thanks for reading my story which is very long long long and long story, I hope Kak Lilis and Kak Reyza can’t boring and still read my next story. Could you? Hehe... Thanks for your #OneOfMyHappyMoment’s Giveaway, good luck for me. Yeay ^^ Danke :)
by.asysyifaahs♥
uwuuuww, asyifa ya masih sempet-sempetnya bikin cerita sebelum berangkat sekolah. awas telat lo ya :P
ReplyDeletegimana rasanya diinfus? enak gak? trus bubur tim bikin enek gak? :D
syukur aku belum pernah sakit sampe harus diinfus dan gak boleh makan nasi segala hahaha alhamdulillah :')
semoga kakak famousnya peka ya, dek. iya, peka biar nyalamin kamu terus wkw
kurikulum 2013? oh no more -___- tapi semangat deh ya! semester 3 dan 4 dibuat penilaian SNMPTN loh jadi harus semangat :))
Nggak Kak, nggak telat, syukurnya nggak disuruh push-up apalagi keliling lari Colloseum sama kakak kelas/guru piket, hags hags hags...
DeleteDih, nggak enak banget, semoga itu yang terakhir deh :D
Amin, kakak famous doain peka deh, dan kami bisa baik-baik aja *apanya?*
Waah, kelas 11 kudu siapin amunisi lebih ketje nih, thanks for tip Kak :D
Aseeek, baca cerita anak muda zaman sekarang, saya jadi ketularan (semangat) muda deh, hehehe.... Good luck ya untuk give awaynya
ReplyDeleteYippi, semangat muda itu menular :D
Delete